Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak 1-7

Tips Menulis: Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak 1-7


Oleh: Benny Rhamdani


#1Sebuah Ide, Sebuah Awal

Beberapa hari lalu saya sempat ngobrol di messenger dengan Tari. Satu hal yang pertama ditanyakan adalah ide. Sebenarnya ini klise, dan tergantung pada banyak penulis. Tapi kalau boleh berbagi pengalaman, saya selalu menekankan bahwa ide yang harus saya kembangkan harus unik.
Lalu gimana ngedapetinnya?
Saya kemudian meminta Tari menyebutkan sebuah benda. Apa saja yang didekatnya. "Bros," ketik Tari..
Yup, bros. Lalu saya tanya balik, bros biasanya dipakai oleh siapa?
Betul, wanita dan orang kaya/mampu.
Nah kalau kita bercerita tentang bros dipakai wanita yang kaya/mampu, itu jadi nggak unik idenya. Maka kita harus putarbalikkan kenyataan itu. Saya tawarkan kepada Tari, gimana kalau bros itu dipunyai/dipakai oleh bocah kecil yang miskin atau anak jalanan.Pasti dong orang akan heran. Dan dari keheranan itu, akan timbul pertanyaan yang akan menggali ide dasar kita. Kenapa bros mahal itu dipakai si bocah kecil. Apa si bocah mencurinya. Atau memang bros itu warisan dari ibunya, yang dulu orang kaya. Dari sinilah sebuah ide bisa berkembang dan kemudian diarahkan sesuai dengan taste kita. (Kalau saya lebih suka mengembangkannnya sebagai sebuah cerita suspense/misteri).

Kalo untuk menulis cerpen saja, kita nggak perlu terlalu dalam menggalinya. Oh, iya... ada baiknya kita juga punya buku/ atau mungkin melihat ensiklopedia yang berhubungan dengan bros. Mungkin istilahnya, jenis batuannya, bedanya dengan liontin, dll.... semua itu bisa disisipkan dalam cerita kita. Apalagi kalau yang kita buat bukan sekedar cerpen (novel misalnya). Nantinya, buku kita juga dikenang pembacanya bukan cuma sekedar buku cerita saja, tapi juga buku ilmu pengetahuan tentang bross. cara-cara penulisan ini juga sudah cukup umum di buku anak-anak. Saya pernah menemukannya ketika mengedit buku-buku terjemahan dari Jepang, lho. Cuma.... ya jangan terlalu teks book aja bahasanya. Nanti malah bikin boring. Oke itu saja untuk Ide. Mungkin yang lain punya proses kreatif yang berbeda untuk sebuah ide. Mari kita berbagi!

# 2 Dongeng: Cerita Tanpa Batas

Di awal saya menulis, mengarang dongeng bukanlah pekerjaan gampang. Beberapa kali naskah dongeng yang saya buat, batal saya kirimkan ke majalah. Saya pikir, kok karya saya tidak sefantastis dongeng-dongeng yang ada. Kemudian, saya memilah-milah sendiri bentuk-bentuk dongeng yang dipublikasikan, yakni:

1. Dongeng asal-usul
ini bentuk dongeng yang sejak kecil saya suka. Di Indonesia, dongeng seperti ini banyak sekali. Mulai dari Sangkuriang, Dana Toba, Malin Kundang.... rasanya hampir semua dongeng di Indonesia berlatar asal-usul, entah itu suatu benda, tempat atau suatu nama. Oh, iya.... saya juga pernah membuat sendiri dongeng asal-usul ini. Judulnya Nyi Koneng, tentang asal-usul tanaman kunyit yang banyak manfaat itu, dengan setting tanah pasundan.
2. Fairy Tale
ini dongeng dengan kisah peri di dalamnya. Bagi yang pernah bisa membaca Cinderella, pasti bisa memilah mana dongeng yang bergenre seperti ini. Saya menyebutnya sebagai dongeng keajaiban. Soalnya di sini segala keajaiban bisa saja terjadi. Kadang negeri yang dilukiskan bisa dibuat sendiri oleh pengarangnya. Ya, di dongeng memang segala hal bisa dibuat tanpa memikirkan logika. Maklum.... kata Khahlil Gibran juga.... fantasi anak-anak tidak memiliki batas. Mereka bisa berimajinasi kemana saja dia suka.... Nah, baangga kan kalo sebagai pengarang justru bisa menggiring imajinasi anak-anak yang liar itu. Nama-nama pengarang jenis dongeng ini adalah HC Andersen, Grim Bersaudara.
3. Fabel
Yang ini dongeng dengan tokoh-tokoh binatang. Dongeng jenis ini memang jauh lebih menarik kalau dalam bentuk cergam. Banyak gambarnya. Maklum... misi tersembunyi dalam fabel sebenarnya adalah mendekatkan anak-anak pada dunia satwa....Saya hanya beberapa kali membuat cerita Fabel ini. Satu dongeng yang pernah dipublikasikan berjudul Kodi dan Komal, tentang dua ekor katak bersaudara yang punya sifat bertentangan. Untuk jenis cerita ini .Walt Disney nggak ada saingannya.... hehehe. Kalo Di Indonesia ... Mbak Renny Yaniar (Mbak kesumawijaya)... juga lihay lho...
4. Dongeng Kontemporer
Dongeng jenis ini merupakan perpaduan cerpen ( baca: cerita realita) dengan keajaiban. Salah satu karya yang spektakuler pernah saya baca adalah Pipi si Kaus kaki panjang. Banyak menginspirasi saya menulis. Salah satu tulisan yang pernah saya buat berjudul : Prita dan pohon kenari. Cerita tentang persahabatan Prita dengan pohon kenari yang akan ditebang dari sebuah taman.
5. Tentu saja ada jenis dongeng lainnya....
di Indonesia ada Babad, kisah-kisah Panji. Beberapa juga menyebut mythos-mythos Yunani/Roma itu berupa dongeng.
Tips ringan membuat dongeng:
  1. Tentukan dulu jenis dongeng yang ingin dibuat.
  2. Pikirkan setting waktu dan tempat. Untuk meramaikan dunia dongeng Indonesia, saya sarankan untuk mengambil setting di Indonesia. Dengan latar budaya di Indonesia yang jumlahnya banyak ini..
  3. Baru buat jalan cerita. Keajaiban yang ingin ditonjolkan (tapi gak selalu harus)... O, iya.... buat beberapa penulis baru. perhatikan EYD. tanda Baca apalagi. Di toko buku, buku pedoman EYD ada yang murah kok...

#3 ongeng: Menulis ulang, menerjemahkan, mengadaptasi, & karya sendiri
Ketika hasrat saya untuk menulis dongeng muncul, saya agak kebingungan untuk memulai. Masalahnya, saya kerap melihat bahwa pada title pengarang, beraneka ragam bentuknya. Oleh seorang teman, saya diberitahukan tips soal penulisan dongeng tersebut. Di bawah ini beberapa hal yang saya ingat:
  1. Menulis Ulang Dongeng yang kita buat, bukan karya kita orisinal. Umumnya diambil dari cerita rakyat yang sudah sulit dilacak pengarangnya. Contohnya saja legenda Sangkuriang. Kita boleh-boleh saja menulis kembali dongeng tersebut, dengan versi yang mungkin lebih baik.
  2. Menerjemahkan
    Dongeng yang kita buat merupakan hasil terjemahan dari karya-karya asing. Bagi penulis pemula, menerjemahkan merupakan titik awal yang baik. Dari sini mereka bisa mempelajari berbagai hal, termasuk penggalian ide. selama dongeng itu baik dan belum banyak beredar, biasanya majalah/tabloit anak-anak mau menampung karya-karya terjemahan.
  3. Mengadaptasi
    Bagi sebagian penulis dongeng, sekedar menerjemahkan begitu saja mungkin kurang puas. Maka sebuah dongeng dari negeri China, bisa saja berubah di tangan penulis ini. Dengan memindahkan seting ke tanah jawa, mengganti nama dan tokoh yang berbau jawa.... maka lahirlah sebuah dongeng adpatasi. Tentu saja si penulis tetap dituntut kejujurannya menulis sumber aslinya
  4. .Karya sendiri
Jika dongeng itu benar-benar orisinal muncul dari kepala kita, maka menjadi hak kita untuk mencamtumkan nama kita begitu saja. Tanpa embel-embel; dikisahkan kembali oleh, diterjemahkan oleh, diadaptasi dari.... Memang kadang redaksi agak ragu. Apalagi kalau dongeng yang kita buat mengambil seting di negara-negara nun jauh di sana. Untuk itu, di surat pengantar, kita boleh meyakinkan para dewan redaksi bahwa dongeng itu memang asli karya kita sendiri.
Lalu bagaimana dengan tokoh-tokoh dongeng yang sudah jadi milik publik? Sehingga setiap orang merasa bebas menulis tentang si tokoh itu... Lihatlah, dongeng si Kabayan, Abunawas, dan tokoh-tokoh cerdik lainnya. Nah, kalau untuk yang satu ini, sebaiknya kita kembalikan pada diri si penulis. Terserah dia mau menganggapnya sebagai apa..... Dikembangkan oleh si X atau diakui saja memang karyanya.

# 4 Cerpen di Majalah Anak-anak
Cerita pendek memang senantiasa menarik untuk dikonsumsi anak-anak. karena isinya yang variatif, terkadang jalan cerita merupakan refleksi aktualisasi dari anak-anak penikmatnya. Sehingga mereka seolah membaca cerita dunia mereka. Kadang, cerpen juga memberikan solusi atas problema anak-anak yang belum terpecahkan. Karena beragamnya bentuk cerpen di majalah yang ada di Indonesia, berikut saya bagi dalam beberapa jenis (mungkin bisa berkembang):
1. Cerpen Realis
ini cerpen yang paling banyak ditulis dan menjadi induk bagi ganre jenis cerpen anak berikutnya. Bercerita soal kehidupan anak-anak sehari-hari. Baik di lingkungan keluarga, tetangga, pertemanan, sekolah, atau tepat les, tempat liburan, dlll. Cerpen ini mudah dibuat untuk pemula karena formulanya juga bisa dibuat sederhana, yakni : pembukaan, konflik, penyelesaian konflik (biasanya dengan melibatkan tokoh teladan ; guru, ortu, dll).
Misalnya saja Seorang anak yang suka iseng menukar isi tas teman-temannya di kala istirahat, ia kemudian dimusuhi (knflik), tp ia tetap melakukannya. Sampai kemudian anak-anak mencari tahu bintang yng ditakutinya. Lalu ketika si bandel ini menukar isi tas temannya, tiba-tiba di dalamnya ada kodok.... ia menjerit ketakutan, pucat! Bahkan pingsan. Penyelesaian konflik? Belum.... Si guru bisa terlibat... menangahi, bahwa menjahili teman ada batasnya, baik bagi si takut kodok maupun teman-temannya... (ssst, cerpen ini belum saya tulis. Jangan dijiplak, ya!)
2. Cerpen misteri/ Detektif-detektifan
Cerpen ini juga digemari, karena mengundang rasa penasaran. Namun demikian kasus yang dipecahkan bukan sesuatu yang besar, ambil saja misalnya: hilangnya serutan di kelas, pencuri di rumah sebelah, bayangan di malam hari, dll. Karena keterbatasan halaman, pengarang harus memiliki trik untuk mengatur cerpen agar tetap menarik. Umumnya cerpen ini langsung dibuka oleh konflik (kasusnya), kemudian penyidikan, pengungkapan, dan penangkapan si pelaku.
3. Cerpen misteri/horor
Cerpen ini juga menarik minat dan punya kavling khusus di beberapa media anak-anak (di fantasi ataupun Ino). Ceritanya kadang agak tidak logis dan bebrabau mistis. Namun saya tetap beranggapan bahwa cerita misteri jenis ini sebisa mungkin menghindari hal yang berbau klenik dari anak-anak. Pembaca dapat kita giring melalui sudut pandang metafisika yang memiliki penguraian lebih masuk akal.
4. Cerpen Komedi.
Ini cerpen yang dibumbui cerita-cerita berbau komedia. kadang terslip unsur fantasi berbau dongeng. Jujur saja, saya sendiri agak kesulitan menulis cerpen jenis ini.5. Cerpen futuristik dari namanya kita bisa tahu bahwa cerpen ini mengambil setting waktu masa depan. Untuk pengenalan teknologi, cerpen-cerpen ini baik sekali untuk dikembangkan. Kendala dalam menggarap cerpen ini adalah cara menuangkan ide-ide teknologi ke dalam bahasa yang mudah dimengerti anak-anak.
5. Cepen momentum
ini cerita berhubungan dengan momen tertentu, misalnya cerpen tentang puasa, cerpen lebaran, cerpen agustusan, dll. Untuk jenis ini sebaiknya kita membuat tanda khusus do sudut kanan atas halaman muka cerpen yang dibuat, misalnya "Cerpen Hari Kartini". Sehingga sang Redaksi bisa segera mengetahui bahwa cerpen kita, cerpen momentum hari Kartini. Jangan mengirim cerpen momentum terlalu mepet. Usahakan paling tidak 3 bulan sebelumnya. Ya, begitu dulu pengantar ke cerpen di majalah anak-anak...

Ada beberapa tips dari saya kalau mau membuat cerpen anak-anak dan mengirimkannya ke media cetak
1. Pelajari dulu cerpen-cerpen yang dimuat di majalah yang akan kita kirim. Dengan demikian kita bisa tahu selera pembacanya dan selera redaksinya. Termasuk jumlah halaman yang harus kita buat.
2. Kirimkanlah beberapa cerpen sekaligus dalam satu amplop, dengan cerita yang bervariasi, baik seting maupun jenis ceritanya
3. Jangan pernah menunggu cerpen dimuat, baru mengirim lagi. Antrian cukup panjang. Dan banyak penulis cerpen anak yang bermutu.
4. Yakinkan kita punya copy cerpen, karena beberapa kali saya menemukan naskah yang hilang... Sebaiknya kita tuliskan dalam surat pengantar, bila dalam setahun cerpen kita tak ada kabar, maka kita akan mencabut cerpen tersebut. Selanjutnya bisa kita lempar ke media cetak lainnya.
5. Ikutilah lomba-lomba yang diselenggarakan majalah tersebut, karena membuka peluang nama kita dikenal oleh Redaksi. Ya.... tak kenal ama tak sayang...
6. Tetap semangaaaaat!

#6 Bermain Dengan Setting
Saya mau memaparkan sekilas mengenai pengalaman bermain dengan setting saat menulis bacaan anak.
Pada awal menulis anak, saya sejujurnya agak bingung. Kok, dari 8 cerita yang dibuat semua mengambil setting (lokasi) di sekolah dan di rumah, ya? Hehehe, maklum... waktu itu masih 3 SMP, jadi yang melekat dalam referensi pengalaman melulu hanya sekolah dan rumah. Karena ingin ada variasi dalam cerita yang saya buat, maka saya mulai membaca dengan seksama buku-buku cerita anak yang mengabil setting lokasi , selain di sekolah dan rumah. Wah, ternyata banyak sekali pilihannya. Akhirnya saya mulai 'melirik' setting yang lainnya. Di trem yang ada di negeri Paman Sam, lorong-lorong kota, pasar, jembatan, tempat les, kolam renang, tujuan wisata... biasanya saya paling suka dengan setting out door. Alasannya, saya pengen si pembaca ikut tertarik bergerak juga (soalnya anak kutu buku stereotype sebagai anak yang nggak suka olah raga, gak suka bermain, anti sosial). Makin lama saya jadi terbiasa bermain-main dengan setting lokasi untuk variasi cerita bacaan anak.

Ada beberapa trik yang biasa saya lakukan saat bermain dengan setting lokasi ini:
1. Menentukan setting lokasi kemudian mencari cerita yang sesuai: misalnya saya ingin menulis cerita berseting air terjun.... saya mulai merunut pada hal yang terkait dengan lokasi tersebut. Misalnya saja anak-anak asongan di lokasi air terjun, lalu mencari konflik. Seperti, si anak asongan menemukan barang berharga milik pengunjung, dan seterusnya.
2. Mencari cerita kemudian menempelkan pada setting: misalnya saja saya ingin menulis cerita tentang kebiasaan buruk anak, seperti mencela orang lain. Karena yang seperti ini bisa terjadi dimana saja, maka saya bisa menempelkannya pada lokasi yang jarang saya garap, misalnya di lokasi studio iklan karena si tokoh kebetulan bintang iklan.
3. Setting yang umum:saya jarang mendeskripsikan secara detail setting lokasi yang umum, seperti sekolah, pasar, rumah sakit, dan sejenisnya. Ada beberapa masalah yang sering kita temui jika menulis dengan detail:
v saya ingin membebaskan fantasi anak. mungkin si anak akan memayangkan figur sekolahnya sendiri, atau pasar di dekat rumahnya.
v ruang yang terbatas untuk menuliskan deskripsi.
v kadang ilustarsi yang dibuat tidak sesuai teks cerita.
4. Setting khusus:untuk lokasi tertentu seperti candi borobudur, pesawat ruang angkasa, justru saya selalu berusaha membuat deskripsi dengan rinci. Karena tidak semua anak tau setting tersebut, sehingga kita bisa membantu menggiring fantasi mereka dengan kata-kata.

#7 Membuat Deskripsi, Hati-hati!

Teman-temin, saya mau berbagi cerita sedikit soal membuat deskripsi pada cerita anak yang kita buat. Bahwa menulis deskripsi pada cerita anak harus lebih banyak pertimbangannya. Hal ini saya petik setelah mengalami beberapa kejadian:
1. Saya pernah suatu kali membuat deskripsi secara detail tentang si tokoh. Berambut ikal dengan pita, dan sebaginya. Ternyata ketika diberi ilustrasi untuk cerita itu (gambar) kok jadinya tidak sesuai dengan yang kita uraikan. Kecewa sudah pasti, biarpun honor sudah pasti kita dapat karena cerita kita dimuat. Karenanya saya selalu menghindari penulisan deskripsi yang berlebihan. Biasanya saya tulis yang universal. Dalam cerita pendek, hal ini dapat dengan mudah kita akali. Tapi kalau menulis novele/novelet, mungkin untuk lebih membuat padat tulisan, kita akan lebih sering bermain dalam deskripsi ini. Ya, syukur-syukur kalau ilustartornya benar-benar membaca naskah kita, sehingga tidak ada kekeliruan kelak.
2. saya pernah pula bertanya pada anak-anak tentang deskripsi dalm sebuah cerita.

Wah, ternyata mereka nggak begitu suka dengan deskripsi yang kelewat panjang. Jadi, saya selalu berhati-hati juga menyusun paragraf untuk deskripsi ini. Lebih dari dua paragraf hanya untuk mendeskripsikan sesuatu, yakinlah... anak-anak akan melompatinya. Tentu saja kalau kita bisa memilih kata-kata yang mengundang minat untuk membacanya, lain soal.
3. Buatlah deskripsi sesuatu jika memang penting benar.
Misalnya pasar, toko, jalan raya... semua kan sudah tahu, bahwa pasar itu ramai, bau amis, becek.... jadi tak usah terlalu detail. Kecuali kalau kita mendeskripsikan rumah kita di planet Venus. itu saja yang bisa saya uraikan, sedikit ini.

*Benny Rhamdani adalah penulis bacaaan anak.

Sumber: Dokumen FLP

Posting Komentar untuk "Terjun Bebas Menulis Bacaan Anak 1-7"