Penulis Asongan Vs Penulis Fokus

Pernah melihat pedagang asongan? Ya, mereka menjual berbagai barang sekaligus. Berteriak menjajakan dagangannya.

“Air-air! Permen-permen! Kipas-kipas!” ya…begitulah keseharian pedagang asongan.

Baiklah kali ini kita bukan bermain menjadi pedagang asongan, tapi menilik istilah penulis asongan alias menulis semua jenis tulisan.


Saat ini lomba online sedang menjamur. Berbagai lomba tulisan baik yang berhadiah besar, sampai audisi antologi dengan mudah ditemui di dunia maya. Tentu saja ini menjadi ajang yang cukup baikbagi penulis pemulauntuk mengasah idenya. Benar lho, menjadi penulis pemula sangat terbantu dengan banyaknya audisi. Kesempatan menelurkan ide semakin besar. Setiap hari diperas untuk menemukan racikan jitu agar tulisan sedap dibaca pj naskah. Syukur-syukur langsung lolos seleksi. Ini menjadi ajang citra diri bagi penulis pemula. Tak perlu berlama-lama mengantri naskahnya lolos di media cetak, cukup ikut audisi menulis secara online, namamu akan segera dikenal Se-dunia maya *lebay.com*


Adakah kelemahan penulis asongan ini? Tentu saja tergantung pribadi masing-masing. Ada yang merasa sudah lega menjadi ‘pemburu audisi’ ada juga yang semakin ‘haus’ dengan pengakuan: aku sudah menjadi penulis belum, sih? Nah, lho!


Menjadi penulis asongan dapat dijadikan perintis merambah dunia kepenulisan, namun tak baik juga bila berlama-lama menjadi pemburu lomba-lomba semata. Menjadi penulis fokus lebih baik untuk sebuah ketenangan jiwa, halaaaaaah lebay lagi deh:D


Maksudnya? Setiap orang memiliki spesialisasi jenis tulisan. Jarang sekali yang menguasai semua jenis tulisan, baik reportase, cerpen, opini, feature, cerita anak, maupun puisi. Maka, ada baiknya lebih fokus menulis dengan beberapa tema tertentu.


Contoh nyata banyak kita temui di dunia kepenulisan. Bang Ali Muakhir dikenal sebagai penulis cerita anak karena beliau fokus menulis cerita anak. Maka, orang akan mengenalnya sebagai penulis buku anak.


Mbak Sinta Yudisia dikenal dengan novel berlatar sejarahnya. Itu juga karena beliau fokus menulis novel tentang sejarah. Walau karya yang ditelurkan satu-satu, memakan waktu yang cukup lama untuk mencukupi literatur, tapi beliau istiqomah menulis tentang sejarah.

Lalu, bagaimana dengan kita?


Aih, aku masih menjadi penulis asongan dan suatu hari kelak pengen menjadi penulis fokus sesuai dengan kemampuanku. Jika duniaku pendidikan, aku ingin sekali dikenal dengan ciri tulisan sebagai pendidik. Tapi, aku kan juga ibu rumah tangga, jadi pengen juga nulis tentang anak-anak. Aku juga cinta dengan anak-anak, maka dunia anak-anak akan kutulis dalam sebuah cerita. Jadi….aku masih bingung dengan rencanaku hahaha….tapi jadilah ini sebagai renungan, agar menulis bernilai ibadah, betulkan temans?:)

Posting Komentar untuk "Penulis Asongan Vs Penulis Fokus"