Ibu-ibu Doyan Nulis Lampung Warnai Literasi Indonesia

BANDAR LAMPUNG (Lampost.Co): Siapa bilang menjadi ibu rumah tangga itu tak bisa berkarya dan menjadi penulis produktif? Meski menghabiskan banyak waktu di rumah, seorang ibu ternyata mampu menjadikan dirinya pribadi yang produktif. Khususnya dalam menghasilkan karya berupa tulisan dan buku. Kuncinya, suka dan doyan menulis.

Hal inilah yang menjadi visi sebuah komunitas para ibu di Lampung yang suka menulis. Nama komunitasnya: Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Kemarin sore di Toko Buku Gramedia Tanjungkarang, beberapa aktivis IIDN meluncurkan karyanya secara berbarengan.

Korwil IIDN Lampung Sri Rahayu atau dikenal dengan nama pena Naqiyyah Syam mengatakan acara kemarin itu meluncurkan beberapa buku, yakni "Dosa-dosa Istri Kepada Suami yang Diremehkan Wanita" (Naqiyyah Syam), "Budidaya Ikan Patin" oleh Tuti Sitanggang, 50 Cerita Binatang dan Tokoh Lain yang Inspiratif oleh Yulestiani Desy Wulandari, dan penulis IIDN dari Bekasi Miyo Ariefiansyah dengan buku bertajuk "Hartamu, Hartaku, Hartaku Punya Siapa?.

Tuti Sitanggang mengatakan ia menyiasati waktu menulis sebagai ibu rumah tangga dengan tekad yang kuat. "Diperlukan waktu yang sepi di tengah keramaian. Ciptakan sendiri suasana sepi," kata dia. Ibu pekerja di Dinas Kelautan ini telah menghasilkan empat buah buku.

Sementara itu, Wulan mengatakan saat ini ia lebih mendalami menulis cerita anak. Ia bercerita mengenal IIDN dari Facebook. IIDN yang didirikan Indari Mastuti itu kini telah membawa ibu dengan dua anak ini membuat buku antologi "50 Cerita Binatang dan Tokoh Lain yang Inspiratif".

Sedangkan Miyo, editor buku-buku akuntansi di penerbit Erlangga, mengatakan ia mengajak ibu-ibu menulis dengan cara membuat kerangka karangan terlebih dahulu sebelum menulis lengkap. Dengan demikian, kata dia, akan membantu ibu-ibu menghasilkan tulisan yang bagus.

Naqiyyah menambahkan buku duetnya dengan Oci YM, sesama anggota IIDN Pusat yang tinggal di Pekanbaru, berjudul "Dosa-dosa Istri Kepada Suami yang Diremehkan Wanita" ini ditulisnya dengan cara berbagi tugas. "Saya menuliskan 40 halaman selama 7 hari. Selama 2 hari mencari bahan tulisan, 5 hari menulis dengan cara mencicil menulis di HP. Saya membuka akun Facebook saya satunya dan mengirimkan ke akun Facebook yang kedua. Begitulah saya mencicil tulisan sehingga ketika malam dan anak-anak sudah tidur, saya menyatukan tulisan. Sehari dapat 10 halaman," ujar Naqiyyah. ASP/U-4



Posting Komentar untuk "Ibu-ibu Doyan Nulis Lampung Warnai Literasi Indonesia"