Toples-toples Ibu

cerita tentang ibu
Toples-toples Ibu

"Bu, sudah malam, tidur yuk!" ajakku. Rasa ngantuk sudah menggodaku untuk segera merebahkan diri. Tapi, ibu masih sibuk dengan toples-toples itu.

"Sabar, sebentar lagi."

Ah, rasanya malas banget menemani ibu merapikan toples-toples itu. Ya, toples-toples jadul itu sejak masuk Bulan Ramadhan, sudah dicuci bersih. Dikeringkan dengan diletakkan terbalik pada selembar koran. Agar airnya kering. Lalu, dilap bersih dan siap diisi kue. Kenapa toples jadul? Atau tepatnya kami sering menyebutnya gelok. Gimana enggak jadul, bentulnya enggak kece seperti toples sekarang yang bening, menarik dan jreng.

Nah, untuk itulah, ibu sampai begadang. Toplesnya mau dipakaikan baju! Ya, ibu punya kebiasaan baru, toples lama yang jadul atau bahkan tutupnya yang sompel itu disulap. Toplesnya dipakai manik-manik atau renda bekas,  dilem dengan lem tembak. Dan... tara...jadi cantik sekali.

"Jadi, toples itu buat diisi kue semua, Bu?" tanyaku. Ibu mengangguk-angguk. Hah? Banyak banget! Tapi, itulah ibuku, toples-toples itu akan diisi dengan kue bikinannya sendiri. Bahkan, kue dari lebaran Idul Fitri hingga ke lebaran Idul Adha masih ada. Kebayangkan banyaknya isi toples itu. Memang sih ada yang bukan buatan sendiri. Ada dibeli kakak-kakakku, ada yang dikasih saudaraku tapi lebih banyak dibuat sendiri. Hadeeeh, alamat begadang euy!

"Kalau tidak ada kuliah, temani buat kue ya!" ajak Ibu. 

Begini-nih yang bikin hati luruh. Maklum, keempat kakakku sudah menikah, aku sebagai anak bungsu menemani ibu, termasuk ikut buat kue. Saat lebaran kue andalan ibu cukup banyak seperti nastar dan kue kastagel. Dua kue ini primadona deh. Aku paling suka nemani ibu membuat kue nastar isi nanas. Biasanya aku kebagian mengoles dengan kuning telurnya. Lalu memasukkan ke oven. Kue nastar dan kastagel dua-duanya diberi toping taburan keju sebelum di panggang. Ibu memilih Keju kraft , membuat kue primadona keluarga semakin nikmat. 


Selain kue kering, ibu juga sering membuat kue basah. Terutama kue bolu. Biasanya ibu akan ngomel-ngomel setelah membuat kue bolu. Sebab, aku sering minta langsung dipotong setelah matang. Padahal, kue bolu yang panas-panas baru selesai diangkat, sebaiknya didiamkan dulu. Agar irisannya rapi saat dipotong. Tapi, aku bersikeras. kue bolu itu aku potong dan segera aku makan. Loh, memangnya tidak puasa? Hehehe... khusus membuat kue bolu sering buatnya saat malam terutama malam takbiran. Jadi, aku bebas memotongnya. Kue bolu kesukaanku itu biasanya dikasih toping keju. Rasanya enak banget. Lumer dilidah. Itulah mengapa aku memaksa untuk melahapnya selagi hangat.

Kini, kenangan itu melekat selalu. Bayangan indah membuat kue bersama ibu menari-nari di pelupuk mataku. Perempuan berhati baja itu kini telah tiada. Tapi, rasa cintanya tak pernah punah. Andai, aku dulu menurut untuk jago di dapur, untuk serius menekuni masak-memasak, mungkin aku tidak tertatih seperti saat ini belajar memasak.

Setelah ibu meninggal, aku menikah dan merantau mengikuti suami. Aku banyak belajar dari ibu yang mengukir kenangan pada anaknya dengan mengajak memasak. Maka, aku menanamkan itu pada anakku, si sulung Faris. Walau, anakku laki-laki, aku tak malu mengajarkan belajar memasak. Faris suka diajak memasak. Dia mau membantu pegang mixer, parut keju atau memberi toping pada kue.

anak cowok belajar masak
anak laki-laki belajar pegang mixer

Sore itu aku mengajak Faris memasak kue brownies kukus coklat dan keju. Faris menyambutnya dengan antusias. Sejak beberapa minggu sebelumnya, aku telah mengajaknya ke Mall Basko untuk membeli keju. Kami memilih keju kraft cheddar karena tidak perlu disimpan di dalam kulkas selama belum dibuka kemasannya. Mengandung kalsium pembentukan tulang dan kepadatan tulang dan gigi, serta mengandung vitamin D.

Seperti ibuku dulu, aku ingin memberikan  cinta dari makanan. Ya, betapa #indahnyamembericinta agar anakku sehat dengan masakan buatan sendiri. Faris mengikuti proses pembuatan kue brownies kukus coklat dan keju dengan senang hati. Faris juga membantu memarut keju.

parutan keju kraf

Tak lama, kue brownies buatan kami selesai. Harumnya langsung menyebar ke dalam ruangan.

"Umi, potong dong!"

Ah, aku seperti melihat diriku kecil dulu. Aku yang merenggek kepada ibu minta dipotongkan kue yang baru saja matang.

"Umi, ayo dipotong!" Aku tersentak. Ini masih siang. Faris alhamdulilah selalu puasa penuh. Aku menghiburnya dengan mengajak bermain yang lain. "Sabar ya, Mas, kuenya kita simpan dulu untuk berbuka." Pelukku sembari melihatkan hasil karya kami hari ini. Wow, senangnya!

bolu keju craf
Brownies Kukus Coklat dan Keju

Kini, aku berjanji untuk terus belajar masak. Agar anakku merasakan getar cinta dalam tiap masakan yang kubuat. Jika, brownies kukus coklat dan keju ini telah membuat Faris begitu semangat belajar masak, mungkin patut dicoba di rumah ibu lainnya. Kelak, aku ingin toples-toples juga berjajar di ruang tamu. Kue hasil karyaku. Mungkin sekarang aku harus puas membuat kue yang kukus saja. Yuk, coba brownies kukus coklat dan keju. Tak sulit membuatnya, cukup 6 butir telur, keju, margarin, butter dan tepung sikap pakai. Anda ingin mencoba? 

22 komentar untuk "Toples-toples Ibu"

  1. Tepung siap pakai? Yg kemasan itu ya mbak?

    BalasHapus
  2. Jadi ingat pengalaman sanjo pas lebaran saat kecil dulu. Toples-toples di rmah tetangga sering dihias kertas minyak dan aneka hiasan lainnya. Kalau sekarang, kayaknya sudah jarang toples seperti itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Ko toples zaman dulu dihias2 ya, jadul mah kalo sekarang udah enggak musim lagi :)

      Hapus
  3. Aduh baguuus tulisannnya sipp sipp sipp bolunya juga kelihatan lezaat .. Good luck dik naqy..

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih doanya Mak Tridi, aku padamuuuu, amin.

      Hapus
  4. Lama lama bisa usaha bakulan kue nih.. hehee

    BalasHapus
  5. Udah lama banget aku gak bikin cake..pengen latihan lagi ah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. waah Mbk Arin, asyik en seru mbk bereksperimen di dapur hihihi :)

      Hapus
  6. Saya juga suka kalau dipotong langsung. Masih panas. Panasnya cake kan ga terulang lagi. Hihihi....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahhaha ada kawan dong ya :p emang sedap kalo pas panas2 ya, Yan :)

      Hapus
  7. aaah brownies coklat keju favorit keluargaku itu mbaa, biasanya saya pakai cream cheese kraft, jadi gak pakai acara parut memarut;) sama mba, saya juga gak bisa bikin kuker bisanya yang kukus2, hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mak, bisanya kukus2 aja hihihi... belum punya oven :) diparut dulu Mak, entar dicampur margarin dan butter dilumerkan :)

      Hapus
  8. asiknya punya ibu yg pinter bikin kue :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbk, sayang dulu aku enggak fokus belajarnya hahhaha

      Hapus
  9. jav jg suka maksa bantuin naburin toping kue :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. betuuul mbk, anak2 pasti suka bantu di dapur en masak kue :)

      Hapus
  10. Aihh jadi ingat masih kecil dulu. Suka bikin kue lebaran bareng tante. Dan sayangnya eksperimen berakhir dengan kekecewaan. Mungkin adonan kuenya nggak pake keju Craft ya, Umi Naqi? ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehhe iya juga ya Mak? coba dulu pake keju kraft :)

      Hapus
  11. Ibu memang sumber cinta. Aku juga pengeeen kayak mama. Biar anak-anakku ngerasain cintaku pada mereka....

    Btw, aku sudah follow blognya, follow blogku juga dong. Hehehehe... fakir follower nih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mbk, ibu menjadi inspirasiku, entar kufollow ya mbk :) siap deh

      Hapus
  12. keju kraft memang enak rasanya. Dicemilin juga enak

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan jejak. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menghindari spam. Mohon juga follow blog, Google +, twitter: @Naqiyyah_Syam dan IG saya : @naqiyyahsyam. Semoga silaturahmi kita semakin terjalin indah ^__^