Rainbow, Hidup Memang Warna Warni

Judul     : Rainbow 
Penulis  : Eni Martini 
Penerbit: Elex Media Komputindo 
Jumlah halaman :201 halaman. 
Terbit : 2013
ISBN : 978-602-02-1609-6


Menikah, adalah impian setiap manusia. Memiliki pasangan yang setia, bertabur kata romantis, ekonomi mapan dan inilah gambaran syurga dunia. Di novel ini langsung dibuka dengan masalah yang dihadapi tokoh. Dikisahkan pasangan muda Akna dan Keisya akan melangsungkan ulang tahun pernikahan mereka yang pertama. Keisya, sang istri tercinta sudah memasakkan makanan spesial menanti suaminya pulang dari kantor. Akna, sang suami juga punya kado spesial. Rencananya Akna akan membelikan  rumah untuk kejutan pada istrinya. Jika tandernya berhasil. Sayang, rencana itu gagal. Akna menggalami kecelakaan. Kaki kanannya harus diamputasi. Kehidupan percintaan mereka pun berganti warna, kelabu.

Akna berubah sikap. Sejak kakinya cacat, jiwanya rapuh. Ia suka marah-marah, tidak menerima cobaan yang dihadapinya. Keisya harus berjuang. Selain berjuang merebut perhatian suaminya lagi yang mendadak suka menyendiri, Keisya harus berjuang mewujudkan mimpinya. Membuka play group dan baby shop. 

Beruntung Keisya memiliki sahabat yang setia. Emi sang sahabat dan juga patner-nya di Baby Shop sangat membantu membuat Keisya bertahan. Namun, sejak suaminya "memaksa" melakukan hubungan suami istri setelah beberapa bulan dingin dan tidak menyentuhnya, Keisya marah dan kabur dari rumahnya. Akankah Keisya kembali kepada Akna? Inilah kisah penuh warna dalam sebuah rumah tangga.

***

Membaca novel ini saya menikmati sekali adegan penuh adegan. Ciri khas Mbk Eni Martini, membuat novel dengan dialog yang seolah-olah kita menonton film. Kesannya, ini novel pas banget deh kalau dibuat film, hehehe... yap, sudah tergambar setting dan tokoh antagonis dan lainnya.

Ada beberapa catatan saya dalam novel ini :
1. Keisya sangat menyukai masakan Perancis, Ratattouille au Micro-Ondes dibanding masakan khas Batak tempat suaminya dilahirkan. Sedikit aneh, mengapa Keisya menyukai masakan Perancis? Padahal Ia bukanlah keturunan Perancis, tidak pernah juga kuliah di Perancis, hanya karena tidak bisa masak? Ketika saya Google, apa itu Ratattouille au Micro-Ondes? Wah, itu aneh resepnya. Berbeda jauh dengan lidah sumatera tempat si Akna dibesarkan. Padahal, Akna anak kesayangan ibunya. Rasanya sedikit aneh jika si Keisya sangat gemar masak ini, sebab musababnya tidak jelas. 


2. Proposal Keisya mendirikan Play Group dan Baby Shop, begitu mudahnya ingin turun dana pinjaman dari Romi yang nota bene bekerja di Esco. Agak aneh, jika pengajuan dana 3 hari akan langsung cair. Apalagi ini usaha baru dan pinjamannya cukup besar. Setahu saya, pinjaman sebuah usaha harus ada kunjungan dulu. Mengecek tempat usahanya, lalu pihak peminjam akan menilai berapa banyak dana yang akan dicairkan. Di Novel ini, proposalnya masih mentah. Apalagi membuat play group? Membuka play group di kota-kota ada pihak di belakang layarnya. Orang akan menilai, siapa nih psikolog-nya? Nah, di novel ini tidak ada sama sekali tokoh berlatar pendidikan atau konsen  dipsikologis anak. Agak aneh, mau membuka play group tapi backgroud tokoh berbeda jauh. Mereka juga belum punya anak. Nah, lucunya, play group akan dibuat di bawah tokoh Baby Shop kelak. Mengapa bukan Day Care? Bukankah tujuannya agak pembeli merasa nyaman dan anak-anak mereka tidak rewel? Jika Play Group, berbeda lagi perlakuan pada anak-anak kelak.

3. Tokoh Emi yang abu-abu. Berapa sih pemasukan di Baby Shop? Toko yang mereka sewa di samping rumah ibunya Emi. Saya membayangkan, tempatnya tidaklah terlalu ramai karena berdampingan dengan rumah pribadi, bukan di jalan raya atau pertokoan. Kok bisa ya Emi menghadiahkan jam mahal pada Keisya sahabatnya. Kalau dihitung-hitung, jam tangan agak 'berkelas' sedikit saja 2 juta. Bila 1 pasang, harganya 4 juta. Penjualan di Baby Shop per bulan berapa? Lalu, sikap Emi ini kadang menguatkan, kata-kata "Islami" bertabur di novel ini. Hanya, saya kaget luar biasa di hal 145. Tokoh si Emi tidur di rumah Dimas tunangannyakah? Dikisahkan ini terjadi sebelum pernikahan mereka. Jadi, si Emi dan Dimas melakukan zina? nauzubillah. Saya sedih sekali di adegan hal 145 ini. 

Terlepas dari catatan saya di atas, saya menikmati novel ini. Mbk Eni lincah bermain diksi yang mencolek hati. Berbeda dengan novel sebelumnya. Di sini juga bertabur lagu-lagu romantis. Tapi, saya kok merasa, ini novel gayanya mirip novel Mbk Ifa Avianty hehehehe...
Happy Ending membuat novel ini benar-benar sesuai judulnya, Rainbow. Kehidupann memang berwarna-warni, yaknilah selalu ada pelagi setelah hujan. Selamat Mbk Eni, semoga laris manis novelnya.


Aku dan Rainbow

13 komentar untuk "Rainbow, Hidup Memang Warna Warni"

  1. Hiyaaa saya lupa kalau tanggal 15 itu kemarin, padahal dah selesai baca pas mudik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ini Shabrina, jaringan di rumah hilang, kutinggal tidur eh bablas dah, baru posting tengah malam, hiiks

      Hapus
  2. reviewnya mantap


    http://chemistrahmah.com

    BalasHapus
  3. wah, lengkap banget, mb naqi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. aduuh iya ya? abiz yang mengganjal ya itu hehhe

      Hapus
  4. Terima kasih buat resensinya, saya ingin menjawab pertanyaan Mba biar tidak timpang dalam pemikiran antara maksud pembaca dan penulis:

    1.Dengan cinta kadang sebab tidak perlu dipertanyakan ^_^
    seperti saya mendadak suka 'gembus' yang awalnya menjijikan, karena suami yang dibesarkan di Jawa penyuka makanan itu.

    2.Dalam bisnis hal-hal yang tidak mungkin akan mungkin, pengalaman teman yang dengan mudah pinjaman cair di perusahaan pinjaman swasta karena kenal orang dalam, yang penting usaha tsb memang berjalan dengan baik secara keuangan.
    buat soal pakai psikolog dll memang tidka terpikirkan, ini jadi masukan yang bagus buat saya, trims.

    3.Soal pemasukan jualan online dan offline ehmmm, ini besar mba. bisa mencobanya setelah maju, Insaallah mending bisnis ini dari pada ngantor. olshop dg pelanggan tidak terlalu banyak saja, bs masuk pendapatan sebulan 15juta, ini prodak yg dijual biasa, bagaimana dg yang branded. Makanya banyak artis, perancang busana dll kalangan atas memiliki toko online. Apalagi Emi-Keisha punya offline dan online. Sebagai contoh temen yang punya toko di wilayah cilandak, toko baju anak2 branded bisa menggaji 2 org karyawan dan ngontrak tempat yang mahaaalnya ampun*semoga bs memberi gambaran ^_^

    ---->Untuk kasus yang, mba bilang Nauzubillah itu, ehmm..itulah kenyataan hidup, mba, fakta, orang-orang disekitar kita, bahkan sahabat tidak selamanya dari orang suci. Orang-orang beriman adalah yang hidupnya diuji, entah dengan kematian, kemiskinan, kenikmatan dunia dll.
    kalau kita mau membuka mata, betapa ujian disekeliling itulah maknanya kita beriman, kalau hanya lurus-lurus saja, apakah kamu beriman tanpa diuji???
    dalam kasus ini, Keisha adalah Keisha, dia tidak tergoda mengikuti sahabatnya, dia tidak membenci karea ketidak sucian sahabatnya...hidup itu nano-nano. aku justru bangga Keisha tetap lurus meski sahabatnya demikian.
    sebenarnya ini mau disampaikan, kalau peka. namun krn naskahku diminta fokus pd kasus Akna-Keisha..maka aku tonjolkan, ini loh meski sahabatnya bobrok iman tp berhati baik dan iman yang kuat tidak masalah berteman dengan siapapun*semoga keterangan ini bermanfaat

    BalasHapus
  5. Oya, toko Emi di depan jalan raya yang ramai;Cilandak depannya mall*bisa ceck itu ramai banget, mba. Coba mba perhatikan pada penjelasan ketika Keisha membeli bunga, itu tergambar toko mereka di pinggir jalan yang ramai.

    Untuk mirip Ifa Avianty..heheh sahabat dan guru hati saya itu mungkin sudah mempengaruhi saya begitu jauh, beliau satu-satunya wanita berjilbab lebar yang memahami pemikiran saya, yang menyelami hati saya..dan satu-satunya yang langsung menghubungi saya dengan gerimis saat saya memutuskan untuk berjilbab. Bayangkan...dia yang begitu bersahaja berteman dengan saya yang tanpa hijab, bicara to the point, frontal, tak sedikit pun pernah menghujat dengan aksara, yang membuat saya nyaman bersahabat dengannya...sampai baru saya tahu, ternyata dia jauh lebih bahagia saya berjilbab*huhuhu jadi gerimis betulan
    semoga kita menyikapi hal-hal yang belum lurus dengan peka, agar hal-hal yang tidak lurus akan lurus dengan cantik dan tulus*banyak org2 belum berhijab justru menghindar karena sikap wanita2 berhijab yang seakan mereka2 itu(wanita tidak berhijab) telanjang...jd bagaimana mau mengajarkan kebaikan kalau kita bersikap menjauh dengan nyata?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow, super sekali penjelasan Mbk Eni. Makasih Mbk sudah menjelaskan. Tidak ada keraguan lagi kalo novel ini ditulis dengan amat teliti dan detail oleh Mbk Eni. Jarang penulis yang mau berbagi dan menjelaskan detail begini. Subhanallah....jadi adegan Emi itu "manis" tertutup dengan kata-kata narasi saja tanpa dialog vulgar atau gambaran vulgar. wow....salut deh.

      Hapus
  6. No 3. Udah kutanyakan juga ke penulisnya dan jawabannya sebagaimana yg tertera di atas itu, hehehe... makanya gak kumasukin deh ke resensiku :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eia ya Mbk Leyla, telat beli novelnya sih jadii belum sempat nanya :D

      Hapus
  7. iya sih, rada mirip gaya mbak Ifa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehhe terinspirasi kali ya, Mbk. Aku pengen juga nulis novel kayak Mbk Eni, Mbk Ifa, Mbk Lylta, aiiih....gigit guling dulu aja deh :)

      Hapus

Terima kasih telah meninggalkan jejak. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menghindari spam. Mohon juga follow blog, Google +, twitter: @Naqiyyah_Syam dan IG saya : @naqiyyahsyam. Semoga silaturahmi kita semakin terjalin indah ^__^