Jilbab Coklat Susu (Cerpen)

Meli dari tadi manyun aja, sudah hampir satu jam nemanin sohibnya, Tia, muter-muter Suprapto, itu lhoo….kawasan pertokoan terbesar di Kota Bengkulu, yang banyak lampu hiasnya berwarna-warni. Dari lampu berbentuk kincir angin, kupu-kupu, air mancur, sampai mirip bunga Rafflesia pun ada. Konon lampu hias tersebut menghabiskan uang 3 Milyar, wahhh….dana rakyat tuh!
Eh…mau mau tahu kan kenapa Meli kesana? Biasa... kebiasaan lama kalo tanggal muda seperti sekarang, Meli suka belanja-belanja, keliling emperan sepanjang pertokoaan Suprapto dari pangkal sampai ujung. Bila menemukan sesuatu yang menarik, kadang tanpa berpikir penting atau tidak memiliki benda tersebut, Tia pasti membelinya. Maklum ortunya cukup berada.

“Tia, daku haus nih, kita istirahat dulu dong” pinta Meli dengan wajah memelas. Bayangkan saja sudah hampir satu jam muter-muter, haus……, lapar…..bercampur menjadi satu. Keringatnya membasahi kaos biru seragam olah raga yang dipakainya.
“Wah... tanggung nih, daku lagi asyik pilih gantungan kunci nih! Dikau duluan aja yah beli es tebu, sekalian belikan daku juga, o.k?” ujar Tia sambil mengeluarkan uang lima ribu kepada Meli. Setengah terpaksa, Meli menyambut dengan senyuman masam. “Duuu teganya, iya deh aku yang beliin,” sahutnya pelan.

* * *
Meli dan Tia sahabat sejak kecil. Satu sekolah dari SD sampai sekarang di SMUN 5 Bengkulu. Kemana-mana selalu bersama, se-iya, se-kata, ceee..... Rumah mereka berdekatan. Amat sangat dekat, dindingnya berdampingan, karena kawasan rumah “elite” keduanya adalah di Perumnas, alias perumahan belum lunas, he..he.. tepatnya di Perumnas Lingkar Timur dekat pasar Panorama Bengkulu.
Tia seorang gadis manis berlesung pipit yang hobi berbelanja pas tanggal muda, baru gajian euy! Tia juga hobi mengkoleksi baju, gantungan kunci, kaos kaki warna-warni, boneka dan lain-lain. Maklum anak bungsu, kakaknya sudah banyak yang bekerja mapan sehingga jatah bulanannya bertambah, so... seperti yang dilakukannya siang ini bersama Meli sahabat setianya sejak kecil, teman seperjuangan, tetanggaku sahabatku, itu motto persahabatan mereka.

Meli seorang gadis sederhana, dia dilahirkan menjadi anak perempuan satu-satunya, anak ketiga dari lima bersaudara. Kedua kakaknya laki-laki dan adiknya juga laki-laki, hingga Meli tumbuh menjadi cewek yang banyak mengalah. Terkadang Meli merasa kesepian, tak ada teman bermain boneka, atau main masak-masakan. Nah.….. untung saja ketemu Tia tetangga yang memiliki hobi yang sama, kecuali hobi belanja! Meli sangat tidak suka! Tapi….. mau negur Tia, segaaaaaan…... takut ngambeknya kumat, khan...gawat?! Nanti nggak punya teman curhat lagi dong. Serasa langit tanpa bintang!
* * *

“Meli, temanin daku pulang sekolah ke toko Asy-Syamil ya!” ujar Tia sambil merapikan buku Matematikanya saat istirahat pertama. Meli yang duduk di sampingnya mendelik.

“Ngapaiiin? Belanja lagi? Tia…., udah dong kurangi belanjanya, enakan ditabung, bisa naik haji, atau ke Afganistan ketemu Osama bin Laden, he...he..” Meli tertawa kecil. Hatinya miris. “Hemat sedikit kenapa sih,” protesnya dalam hati.
“Please.... temanin, daku lagi ke-sem-sem ama jilbab yang ada bordirannya, seperti yang di pake Odang Ria waktu Kajian Mingguan kemaren itu lho, coklat susu! Wah.... daku terbayang-bayang! Kebawa mimpi deh. Ayoo….dong Tia sayang, temani daku yah? Mau yah?” suara Tia memelas sambil menarik-narik tangan Meli.
Deg! Meli menelan ludah. Tia suka jilbab warna coklat susu? Yang ada bordiran? Yang langsung pake? Nggak pake peniti lagi? Yang kemaren dipake Odang Ria kakak kelas yang selama ini membina di Rohis? Aduh.... kenapa harus jilbab itu? Apa nggak ada jilbab lain aja? Kok sama sih? Meli diam tak mengucapkan apa-apa. Hatinya berdebar keras. Semangat belajarnya langsung turun dratis. Duu…. gimana yah? Sedangkan Tia mendesak minta dianterin membeli jilbab itu. Jilbab yang menarik perhatiannya beberapa hari ini, bahkan dengan rela menyisihkan uang jajan untuk membelinya, tapi ternyata? Ya….demi persahabatan, akhirnya Tia memilih untuk mengalah.
* * *

Di toko Asy-Syamil Meli sibuk membongkar lipatan jilbab yang tersusun rapi Sedangkan Tia sibuk di rak buku, maklum ada novel terbaru, ya... sekalian numpang baca gratis, daripada hati sesak melihat Meli memilih jilbab impiannya. Nggak ku-ku deh….
“Tia, cepatan dong, ini sudah hampir jam tiga lho, ntar dimarahi Mama nih! Katanya mau beli jilbab coklat susu aja, itu sudah dapet, kok nyari yang lain? Mau beli berapa sih…..non?” Meli menghampiri Tia. Ditangannya ada beberapa potongan jilbab dengan bordiran yang sangat indah beragam warna.
“Iya nih, daku kok jadi bingung yah? Tiba-tiba aja…. daku naksir jilbab ungu, gimana menurut dikau Mel, cocok nggak? Sepertinya…. daku mau beli dua-duanya aja” ujar Tia sambil tersenyum manis ke arah Meli, Meli pun membalasnya kecut. Tapi Tia tak menyadarinya. “Ahh.... Tia tak tahukah dikau perasaanku?” bathin Meli miris. Jilbab bordir coklat susu itu kian mengodanya, tapi untuk membelinya? Nggak bisa!! Uangnya belum cukup. Ambil uang tabungan? Haruskah? Hanya untuk sekedar jilbab baru?
* * *

Hari ini Tia tidak sekolah. Izin, karena Bucik Ani, adik Mamanya menikah di Manna, Bengkulu Selatan. Sekitar tiga jam lebih dari Kotamadya Bengkulu. Selama perjalanan kesana akan banyak ditemui tanaman sawit, jauh. Meli merasa sepi. Duduk sendirian. Be-te banget nggak ada teman curhat. Nelangsa nih!
Sebenarnya Tia tidak lama sih izinnya, hanya 2 hari, karena Tia berjanji untuk segera pulang setelah resepsi Bucik Ani. Dari tadi Meli diam saja duduk sendiri di kelas saat istirahat, teman-temannya sudah sejak bel berbunyi istirahat menyebar ke kantin, ke mushola, ke perpustakaan, atau mejeng di bawah pohon besar di depan kelas.
Bangku di sampingnya kosong karena Tia tidak masuk sekolah. Diliriknya berkali-kali. Duu…. benar-benar tidak enak bila sendirian begini. Belajar sendiri, ke kantin sendiri, buat pe-er sendiri, ahhh.... masih enak ada Tia! Tiba-tiba Meli jadi kangen dengan Tia. Meli ingin sekali melihat Tia mengenakan jilbab coklat susu yang baru saja dibeli. Walau tak dapat memiliki tapi tetap dapat menikmati keindahan jilbab itu. Begitu keinginan Meli. “Tia….cepat pulang dong!” pintanya dalam hati.
* * *

Pulang sekolah. Dengan lesu tanpa semangat, Meli duduk termenung di kamar lantai dua, tiba-tiba adiknya Doni teriak-teriak dari lantai dasar.
“Inga, ado.... pesan dari ayuk Tia, dalam asoi hitam dekek telepon,” teriak Dodi dari lantai bawah. Meli tersentak dari lamunannya. Dodi adiknya kelas 5 SD itu berlalu dengan cueknya. Kebiasaan jeleknya belum sembuh juga, suka teriak-teriak, padahal apa susahnya sih naik tangga sedikit, menyampaikan pesan pelan-pelan? Kan…lebih sholeh…., tull nggak?
Meli mengambil asoi hitam itu dan membawanya ke kamar.
“Apa ini?” Meli heran. Sepucuk surat dan ….

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Jreng...... cak mano Mel, elok dak jilbab coklat susu nyo? He...he... kaget ya daku tahu kesukaanmu? Begini ceritanya….. Pas pulang sekolah beberapa hari yang lalu, tanpa sengaja daku mendengar pembicaraan Mama kita berdua. Kata Mamamu, dikau minta dibelikan jilbab baru, padahal waktu itu tanggal tua, he...he...
Trus.... daku emang sengaja ngajak dikau ke Asy-Syamil lagi buat ngetes dikau. Wah... ternyata dikau emang suka banget dengan jilbab itu yah? So...berhubung daku ada uang lebih, daku hadiahin buat dikau, eh... iya ini kado ultahmu, met ultah ya! Semoga mendapat umur yang berkah dan.... daku akan janji mau ngurangin jatah belanjaku, mau nabung! Biar bisa ke Malaysia ketemu Raihan, ha...ha...ha..., mau ikut nggak?
Eh udah ya, tunggu daku pulang ya. Pas Kuliah Mingguan nanti dipake ya jilbabnya!
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Your best friend,
Tia

Meli tergugu, haru, ternyata ini sandiwara Tia? Wah kejam banget mempermainkan perasaan orang! Upsss... ini hari ultahku yah? Kok aku lupa yah? Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk memperbaiki amal, ah.... Tia, kadomu cantik sekali, aku suka! Aku mau coba dulu ahhh...., Tia merasa nggak sabaran. Tiba-tiba...

Dug!Dug!Dug! Blarrrrrrr.......
Meli tersentak.
“Inga tolooooong!” suara Dodi menjerit.
“Pasti jatuh dari tangga?” tebak Meli cuek. Tapi...kok?
“Meliiiii, bangun, ini sudah jam lima sore, sudah shalat Asar belum?” suara Mama terdengar.
“Bangun? Jadi hanya mimpi?” Meli terduduk lemas. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Asoi hitam memang tidak ada. Meli mencubit pipinya, sakit! Jadi hanya mimpi? Lalu…. surat Tia dan …. jilbab coklat susu tadi?


Bengkulu, 5 Juni 2003

Ket :
Odang : Kakak Perempuan anak pertama
Inga : Kakak Perempuan anak tengah
Asoi : Kantong plastik (Kresek)
Bucik : Tante
Dekek : dekat
Cak mano: Gimana

Posting Komentar untuk "Jilbab Coklat Susu (Cerpen)"