Kenapa Kamu Menulis?

Kalo ditanya sekarang, mungkin jawaban saya banyak. Karena menulis itu dakwah. Kalo menulis nama kita akan abadi (alias gak ikut mati). Menulis juga melanjutkan tradisi Islam. Menulis bisa dapat uang, bla...bla....bla...

Tapi dulu beda. Zaman aku kuliah, aku gak pede karyaku dikirim media massa. Aku lebih suka menulisnya sendiri dan membuat Mading di Hima-Hutan. Uahhh itu karena terpaksa, abis ngajak teman pada gak mau sih, jadi isi mading hampir 80% karyaku sendiri, qiqiqi.........

Semua berlangsung hingga pada suatu hari...jreng...jreng.... teman-teman pada heboh serial atau cerita bersambungku di Mading Hima-Hutan, berjudul "Beceng" alias Bebek Cengeng. Mereka maksa minta sambungannya. Apalagi aku pake nama-nama temanku sendiri:)

Ih ceritanya tentang seorang cowok yang cengeng en cerewet hahaha....tokohnya kukutip dari temanku dulu :) Nah sahabatku yang cantik en imut Rismayati selalu mendorongku untuk kirim ke media massa,maka kukirimlah karyaku ke Majalah Sabili. Alhamdulillah langsung dimuat!

Lain lagi awal aku terjun ke Media Unib, jadi wartawan kampus? takuuut! wong pake jilbab lebar en trus gaya koboi gini? dulu gak punya sendal cewek, semua sendal gunung:), maka pas Kak Yansen memberikan wejangan untuk terjun ke Media Unib, aku sempat menolak en kuatir banget gak bisa jadi wartawan kampus. Tapi berkat niat untuk dakwah en bismillah aku nekat menampakkan diri ke rektorat menjadi wartawan kampus. Aih hari pertama aku steees banget, beritaku gagal total, aku gak buat berita sesuai yang diminta. Mau nangis! mau bunuh diri? amit-amit deh, aku langsung bongkar koran en majalah dan menstabilo semua kata-kata yang bagus buat berita. Yang pasti aku tahu buat berita harus ada 5W + 1 H. Alhamdulillah selanjutnya lancaaar. Aku menjadi wartawan Media Unib sampai medianya terancam bubar akibat pergantian rektor. Tapi kayaknya sekarang udah ada lagi ya? Makasih banget patnerku Dodi yang 'bantai' terus karyaku.

Juga buat patnerku di Buletin UKM-Rohis, Maman Fajri. Penuh liku membidani buletin dakwah kampus. Sampai akhirnya kami mengikuti pelatihan jurnalistik Islam di UI, pulangnya baru deh menelurkan buletin dakwah kampus.

Menjelang ujian skripsi, aku sempat ditawari Pak Firdaus jadi calon wartawan di Rakyat Bengkulu. Senang banget mengalami hari-hari jadi wartawan. Pagi rapat proyeksi, siang cari berita, esoknya berita kita diterbitkan. Sayang aku harus memilih, aku harus mengejar ujian skiripsi yang terus terkendala (Kisah lengkapnya ada di Antologi Kisah Skripsi). Tapi aku terus punya impian suatu saat punya majalah/tabloid/koran sendiri, amiiin:)

Nah, selanjutnya siapa yang terus memberi aku semangat menulis? Yap! Teh Pipiet Senja yang terus memberi semangat pada kami yang belum memiliki karya kala itu, tak lelah beliau menjawab pertanyaan ini-itu, sms-an tanya a-z, aih...makasih ya, Teh Pipiet (kangen dipeluk Teteh. Hiks!) aku merasakan kehangatan seorang ibu dan luasnya waktu yang diberikannya.

Kini aku mulai menikmati menulis. Merindukan jika tidak menulis. Memaksa diri untuk semangat menulis, walau jauuuuh banget dari teman-teman yang sudah produktif. Jadi, marilah kita berbagi ilmu, saling menyemangati. Karena kita tidak bisa seperti sekarang tanpa ada orang-orang di belakang kita.

Mau tanya tentang kepenulisan en suka-duka menulis? ayooo share, yuk! :)

Posting Komentar untuk "Kenapa Kamu Menulis?"