Ibu-ibu Doyan Nulis Lampung Di Koran Lampost


l
13447507601559941069
SIAPA saja bisa menjadi penulis, membuat tulisan yang bagus dan menarik hanya butuh ketekunan dan latihan.
Hal ini dibuktikan oleh ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Tidak tanggung-tanggung, selain mengirimkan tulisan ke media-media lokal dan nasional, tulisan para ibu ini juga diterbitkan dalam bentuk buku. Penghasilannya juga cukup tinggi, dalam satu bulan bisa mendapat penghasilan tetap Rp500 ribu—Rp700 ribu. Jika mendapat orderan membuat buku, bayarannya lebih tinggi sekitar Rp5 juta—Rp6 juta.

IIDN Lampung dibentuk oleh Indari Mastuti  pada Mei 2010 bersamaan dengan pembentukan di beberapa daerah di Indonesia. Di luar negeri, seperti Singapura dan Jepang, juga memiliki komunitas ibu-ibu jago menulis ini. Di Lampung sendiri, anggotanya sudah mencapai 41 orang tersebar di Bandar Lampung dan Lampung Selatan.

13447524131724866589
Menurut Koordinator IIDN Lampung Sri Rahayu, komunitas ini baru sekali melakukan kopi darat, yaitu pada 2011. Selanjutnya pertemuan lebih banyak dilakukan secara online melalui facebook. “Anggota IIDN menyebar di berbagai daerah, jadi sulit kalau harus kopi darat,” kata dia.  Menurutnya, sebagian besar anggota komunitas ini memang ibu-ibu rumah tangga, tapi ada juga yang remaja putri dan penulis. IIDN tidak memungut uang pendaftaran, siapa pun bisa bergabung.

Diskusi dan sharing tentang kepenulisan dilakukan dalam grup facebook. IIDN memiliki tema diskusi berbeda setiap harinya, mulai dari penulisan resensi, persoalan penerbitan, pembuatan outline tulisan, dan penulisan biografi. “Biasanya diskusi dilakukan setelah jam 7 malam. Pada jam ini, ibu-ibu sudah santai dan tidak ada lagi pekerjaan rumah,” kata Sri, yang juga guru SD IT Permata Bunda III ini.

Sharing juga bisa dilakukan dengan memosting tulisan di facebook, selanjutnya anggota lain akan memberi masukan dan komentar agar tulisan lebih baik. Para anggota saling mendukung dan memberi semangat kepada teman-teman yang lain supaya terus menulis dan berkarya. Bila ada yang berhasil menulis di media atau membuat buku, anggota yang lain pun memberikan apresiasi dan pujian. “Dari sini bisa tumbuh semangat, kalau yang lain bisa kenapa saya tidak,” ujar ibu dua anak ini.

Menulis yang Dipahami
Tema yang dipilih untuk menulis sesuai dengan keseharian ibu-ibu rumah tangga. Misalnya tentang bagaimana mengurus anak, pengalaman dalam memelihara binatang, atau pengalaman memasak. Sri menjelaskan yang ditulis ibu-ibu adalah yang sudah mereka pahami dan kuasai sehingga menulis terasa lebih mudah dan menyenangkan. “Dalam komunitas ini hanya mengarahkan supaya tulisannya lebih enak dibaca,” kata dia.
1344750699695224850Beberapa ibu-ibu dalam IIDN Lampung sudah berhasil membuat buku, baik yang ditulis sendiri maupun yang ditulis keroyokan. Buku yang sudah berhasil dibuat oleh IIDN di Lampung, antara lain tentang cerita anak.

Sri mengungkapkan IDN memiliki agensi yang akan menghubungkan tulisan yang sudah dibuat ibu-ibu dengan penerbit. Jika memang tulisan bagus dan layak, akan ada penerbit yang membeli naskah. Terkadang, ada juga permintaan tulisan dari beberapa penerbit, dan ibu-ibu tinggal mengerjakan saja dengan batasan waktu yang sudah ditentukan.

Lulusan sarjana kehutanan ini memiliki 30 buku antalogi yang dia buat bersama ibu-ibu yang lain. Tidak lama lagi akan terbit buku Sri yang ditulis secara solo. Dia pun beberapa kali mendapat permintaan menulis buku dari penerbit. “Pernahnulis buku berdua dan saya dapat jatah 40 halaman. Semua bisa dikerjakan dalam lima hari. Asalkan mau, bisa kok menulis buku hanya dalam hitungan hari,” katanya.

Menulis bisa menjadi profesi yang sangat menjanjikan, ibu-ibu rumah tangga yang produktif menulis bisa menghasilkan tambahan penghasilan yang jumlahnya jutaan rupiah tiap bulan. “Kalau sudah bisa menulis, tidak perlu lagi minta tambahan uang dari suami. Untuk beli keperluan anak pun bisa ditutupi dari honor menulis,” kata Sri, yang juga merupakan ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Lampung ini.

Peluang mendapatkan honor juga bisa dari media cetak, seperti majalah dan koran. Banyak sekali majalah khusus keluarga yang bisa menerima artikel yang dibuat ibu-ibu rumah tangga. Menulis di media cetak ini bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp450 ribu. Bila rutin menulis di beberapa media cetak, akan mendapat penghasilan yang teratur.

Menurut Naqiyyah Syam, nama pena Sri, makin banyak berkarya, maka penghasilan yang didapat makin besar. Jika sudah sering menulis buku dan menulis di media, nama penulis makin terkenal dan honor yang diterima makin tinggi. Dia mencontohkan untuk penulis pemula honor yang diterima dari buku yang diterbitkan hanya Rp3 juta—Rp4 juta. “Kalau sudah banyak buku yang ditulis, honornya bisa sampai Rp6 juta/buku,” kata dia.

Sri menceritakan ada ibu pekerja yang keluar dari pekerjaannya dan menekuni dunia menulis saja karena sudah mendapatkan penghasilan yang lebih dari karya yang dibuat. Ada juga ibu rumah tangga yang bisa menyelesaikan S-2 hanya dengan honor menulis. Menulis menjadi pengisi waktu luang yang menjanjikan bagi ibu-ibu. Piawai menulis tidak hanya menyenangkan, tapi juga menguntungkan! (PADLI RAMDAN/M-2)
NB: diedit dari sumber http://www.lampungpost.com/index.php/hobi-a-komunitas/44198-ibu-ibu-jago-menulis.html

Posting Komentar untuk "Ibu-ibu Doyan Nulis Lampung Di Koran Lampost"