![]() |
Nak, ASI Ini Untukmu |
Malam itu aku terbangun
dengan rasa nyeri di payudara sebelah kananku. Sejak empat hari yang lalu,
Aisyah demam, rewel dan sedikit menyusui. Begitulah jika Aisyah mau tumbuh
gigi. Badannya akan demam dan menolak ASI. Berbeda dengan kedua kakaknya, ketika tumbuh gigi tidak serewel ini. Tapi,
Aisyah sangat gelisah. Tidur tidak nyenyak. Sebentar-sebentar menangis dan
menjerit. Diberi ASI tidak mau, padahal jika malam, setidaknya 3 x Aisyah
terbangun untuk menyusui.
Badanku juga mulai
terasa demam. Kepala pusing dan perut mual. Akibat begadang menjaga Aisyah yang
tidak enak badan. Awalnya, aku abaikan rasa nyeri di sekitar payudaraku. Besok
juga Aisyah pasti mau menyusui. Begitu perkiraanku. Ternyata salah. Besoknya Aisyah
masih sedikit menyusui. Payudaraku mulai bengkak dan nyeri sekali. Puncaknya tengah
malam hari keempat, payudaraku keluar urat-urat hijau seperti akar pohon yang
menjalar ke bumi. Bengkak, besar dan keras semerti semen. Jangan ditanya rasa
sakitnya. Nyeri teramat sangat ... hiks...
![]() |
Payudara Bengkak, Cek ke Dokter Perempuan |
Esoknya, aku kompres
dengan air hangat. Baik dengan handuk maupun dengan motor. Aku coba peras tapi
kurang berhasil karena puting sudah lecet dan mulai keluar benjolan di saluran
ASI. Tak mempan dengan kompres dan obat paracetamol, aku berangkat ke dokter
umum dekat rumah. Dokter perempuan dan ada BPJS-nya. Sampai di sana, dokternya
baru saja pulang. Huaah...aku harus menahan rasa sakit lagi hingga keesokan
harinya.
Setelah janjian dengan
dokter perempuan, sorenya aku ke tempat praktiknya. Sampai di sana aku
sampaikan keluhanku. Dokter membantu aku melakukan Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
. Dokter tidak berani memberikan obat. “Sebaiknya ibu saya rujuk ke rumah sakit
saja ya. Saya tidak tahu apa benjolan ini tumor atau bukan. Saya rujuk ibu ke dokter bedah, ya.”