Ketika memutuskan resign setelah mengajar selama 6 tahun,
otomatis kegiatanku banyak di rumah. Bermain bersama anak, beberes rumah,
hingga menjalankan hobiku menulis. Kadang, timbul rasa jenuh. Pengen merasakan
keluar rumah, kumpul dengan teman, ngobrol sesuai dengan minatku, me time deh! Namun, sejak punya anak
tiga dan tanpa ART, aku harus jauh-jauh hari meminta izin dengan suami. Kalau tidak
pandai-pandai menyampaikan yang dimaksud, suamiku menolak, bahkan tidak
mengizinkan.
Contohnya, saat di Bulan
Ramadhan, kami baru saja pindah dari Padang ke Lampung. Teman-teman FLP Bandar
Lampung akan mengadakan buka puasa bersama di salah satu panti asuhan. Saat itu
ketuanya menghubungiku via BBM. Mereka meminta kesediaanku mengisi diskusi
kepenulisan menjelang berbuka puasa. Sayangnya, mereka meminta dalam waktu yang
sangat mepet, 4 hari sebelum acara. Bahkan malam itu minta jawaban langsung.
Tentu saja aku kesulitan menjawab. Aku butuh waktu berdiskusi dengan suamiku.
Ketika didesak terus kesediaanku. Aku pun bertanya dengan suami. Seperti yang
aku duga, suamiku menolak.