Assalamualaikum Sahabat Smart Mom,
Aku mau cerita
pengalamanku menghadiri Wisuda Abi. Ya setelah sekian purnama, akhirnya
suamiku wisuda S2 juga, uhuy, alhamdulillah. Rasa galau, suka dan duka
bercampur menjadi satu. Yes, dulu aku pernah cerita bagaimana kami akhirnya
menjadi perantau di negri para perantau (baca ke Sumbar). Kami sekelurga ikut
pindah dengan sejuta risiko. Baik dari finansial, sekolah anak hingga kerepotan
mencari rumah kontrakan xixixi...
Setelah 1 tahun LDR karena
aku dan anak-anak duluan pulang ke Lampung, suami menyelesaikan tesis di Padang
sendirian. Kadang pulang 1 bulan sekali bahkan lebih. Enggak usah ditanya
betapa aku dituntut jadi istri strong hahaha.... menghadapi suka duka
sendirian. Beruntung ditemani sahabat yang baik hati, baik dari FLP Lampung dan
Tapis Blogger. Suka duka itu berganti menjadi kelegaan luar biasa.
Go
To Wisuda Abi
Awalnya kami tidak ada
rencana berangkat. Bahkan jauh-jauh hari Abi sudah bilang nanti wisuda
sendirian aja, irit ongkos! Bahkan kalau bisa enggak hadir juga gak apa deh!
Tapi, ternyata enggak boleh tidak hadir wisuda. Pihak Universitas tidak
mengizinkan dan tak mau mengeluarkan ijazah jika tidak hadir. Jadilah, dipilih
untuk hadir acara wisuda. Lalu, bagaimana dengan kami? Aku dan anak-anak sempat
pengen banget ikut, galau mengalau hahah....tapi dana menjadi kendala utama.
Akhirnya aku fokus mempersiapkan acara blogger aja, hingga rasa sedih yang
nyelip terkikis perlahan.
Namun, suatu sore yang
indah, suami datang dari masjid dan bilang mau mengajak menghadiri wisuda ke
Unand. “Lalu bagaimana naik mobil? Uangnya gimana?” suami hanya bilang Insya
Allah ada jalan. Akhirnya persiapan dimulai. Aku mulai mendelegasikan acara
blogger.
Tapi, menjelang hari
keberangkatan (awalnya aku tahunya wisuda Hari Sabtu eh ternyata Hari Jumat, 17 November 2017)
kami menyewa sebuah mobil plus supirnya. Berangkat dari rumah Hari Rabu Pukul
09.00 WIB. Wah, sempat pengen ngejar yudisium keesokan harinya karena supirnya
cerita kalau dia pernah ke Padang bawa mobil dalam waktu 24 jam saja.
Kami istirahat di Kotabumi
pukul 12.00 WIB. Wah, lumayan juga perjalanan darat ya? Fatih muntah, sedangkan
Aisyah dan Faris masih fit. Kami makan siang bersama dengan nyaman dan kenyang.
Perjalanan lalu dilanjutkan. Kami makan bakso di Lubuk Linggau. Wah, sejak kena
asam urat aku ngerem makan bakso. Kini ketika suami ngajak makan bakso, rasanya
beda deh hahah...
Mobil pun berjalan
kembali. Sempat motret di tugu, tapi kok fotonya raa aneh. Awalnya tak ada anak
kecil tapi foto berikutnya kayak anak kecil bareng penampakan, duududu... serem
sendiri.
Makan siang di Kotabumi |
Menjelang subuh aku
terbangun, kulihat supir dan suami tidur dan mobil berhenti. Kami berhenti di
sebuah masjid. Usai azan kami semua keluar mobil dan ikut sholat subuh. Anak-anak
ikut bangun dengan riang gembira. Sayangnya tak lama kami harus kembali
berkendara. Awalnya mau ngejar yudisium di Hari Kamis batal seketika karena
kami banyak berhenti, hiiks... jadinya kami sampai Padang sekitar pukul 15.00
WIB. Badan sudah sangat lelah.
Kami pun mencari
penginapan. Sempat mencari pilihan kedua, tapi penginapannya agak kurang sreg,
jadinya pilihan pertama di penginapan SMK 6 atau Edohotel Minangkabau. Di sini
kami tidur di kamar nomer 206 selama dua malam ke depan.
Mie goreng di Bakso Mas Pepen Padang |
Malamnya, kami
bernostalgia makan di Bakso Malang Mas Pepen. Sejak tinggal di Padang selama 2 tahun, tempat ini
menjadi favorit keluarga kami. Menu yang ditunggu datang, kami memilih makan
nasi goreng dan mie gorengnya. Makan baksonya stop dulu hahaha....
Wajah lelah tapi bahagia makan di tempat kenangan |
Usai makan malam, aku
membeli makanan uunruk bekal besok pagi. Anak-anak sudah lelah dan kami kembali
ke penginapan. Besoknya kami akan menghadiri wisuda Abi S2 di Unand. Nah,
bagaimana persiapannya? Yuk, nantikan kelanjutannya ^_^
Erna juga pengen ke Padang,karena ada nenek dan keluarga bapak di Minang bukit tinggi. Semoga bisa silaturahmi ke sana ya
BalasHapusaku ngidam jalan-jalan ke Padang
BalasHapusSaya sebenarnya lebih senang perjalanan darat, lebih heroik dan terasa safarnya. Tapi ya gitu, capeeek
BalasHapusKapan ya bisa sampai ke Padang. Pingin ke ngarai sianok
BalasHapusWaaah seteroooong hehehe. Aku kalau di suruh lewat jalur darat kereta ajah deh. Mobil harus duduk di depan. Kalau gak bisa dapat jackpot kwkwkw
BalasHapusKe Padang jalur darat lumayan ya kak, kalo pasti muntah2 di kelok 9 ^^
BalasHapusperjalanan darat pastinya bikin banyak waktu menikmati pemandangan :)
BalasHapusBarokallahu ya suami mba Naqy atas Wisuda S2nya. alhamdulillah ga LDR lg dong ya.. btw jadi kangen deh sama Padang.. gara-gara makan sate padang di Padang aku jd suka.. awalnya nggak suka sama sate padang. oh iya kalau aku malah punya kisah "Jalan Darat dari Padang" menuju Palembang hehe.. kapan2 kuceritain juga ah
BalasHapusAku sering ke Padang, eh Warung Makan Padang maksudnya, tapi kayaknya asik kalau bisa jalan-jalan ke Padang
BalasHapusWah, seru banget ya. perjalanan darat memang selalu berkesan dan mengasyikkan
BalasHapusWah, serunya makan malam di jalan. Hahaha. Memang salah satu daya tarik jalan darat itu pasti apir ke rumah makan tengah malam. Kami juga pernah ke Padang naik bisa ,lumayan capek
BalasHapusPerjalanan darat emg lebih asyik yaa mbak meskipun capeek pake banget. duuh Padaaaaang.. kota impiaan dimana aku pengen banhet incip rendang aslinyaaa...
BalasHapus