Curhat : Trauma Share Drakor di Medsos, Kok Bisa?

Assalamualaikum Sahabat Smart Mom, 

Mungkin ada yang bertanya, "Kok Mbk Naqi enggak pernah review drakor?" Yes, nyaris enggak ada di blog aku mereview drakor setelah mengalami trauma dinasehati seseorang pas aku review salah satu drakor di status fbku, beberapa tahun silam.

review drakor

Kok, trauma? Jadi ceritanya, aku suka drakor Full House dan aku bikin deh status mengenai rumah tangga. Menurutku relate dengan kehidupan rumah tanggaku kala itu. Tapi, jujur aku shock banget karena enggak menyangka yang aku tulis itu jadi melebar sampai dikomeni A-Z, akhirnya statusnya aku hapus. 

Jujur, aku bukanlah ibu yang sempurna. Masih suka mencuri me time buat nonton drakor. Masih suka tuh fashion drakor kerajaan, masih suka baca sinopsis drakor tema makjang dan ikutan komen distatus teman saat share drakor nge-hits.

Awal kenal drakor itu ya sebenarnya sudah lama, tapi aku sayang kuota-ku cepat habis. Zaman belum kenal wifi, isi kuota nonton drakor aja itu sayang banget. Apalagi pengen segera tahu endingnya. Benar enggak sih?

Baca Juga : Diary Seorang Ibu Penulis Profesional

Drakor yang paling aku suka nonton-nya adalah DOTS alias Descendants of the Sun. Menurut aku, drakor ini sangat berkesan. Dengan akting yang super kece dan jalan cerita yang menarik. Walau endingnya bikin pengen gigit bantal alias ending terbuka. Terlepas percintaan si tokoh-nya yang akhirnya berpisah, aku tetap menyukai DOTS dan lama banget move on dengan drakor satu ini.

Kemudian, drakor yang berkesan lainnya adalah GOBLIN. Saat nonton ini, aku sampai begadang karena penasaran konsep akhirat versi orang Korea. "Benarkah nanti kalau meninggal akan lupa enggak kisah di dunia?" atau "Konsep alam yang berbeda saat kita meninggal dan sebelum bagaimana?" aneh banget kan pikiranku? Sampai ditegur suami, "Hati-hati nonton, bikin aqidahnya rusak!" huhu... emang cukup terguncang, Moms!

Lain lagi kalau aku nonton drakor berjudul 
While You Were Sleeping, aku suka aktingnya dan kasus per kasus-nya. Apalagi dunia jaksa, pengacara dan kasus pembunuhan misteri itu bikin geregetan! Ya, kebayang-bayang kasusnya gimana. Untung aku nonton bukan masih on going. Tapi, udah selesai jadi nonton bisa maraton.


Pernah nonton drakor on going? Pernah banget! Itu menyiksa, Moms! Nungguin satu episode tiap pekan per pekan. Jadi, saat aku nonton Start-Up, aku kena second lead syndrome, hiks...! Asli suka akting-nya terlepas kasus yang akhirnya heboh, ya! Plis aku cuma penikmat akting dan alur cerita saja. Lebih dari itu no coment!

Selain di atas, ada drakor yang emang enggak kalah soal alur cerita dan aktingnya, yakni 
Reply 1988. Ini drakor yang membawa banyak pesan. Kali ini aku pun kena second lead syndrome. Jadi, nonton itu enak kalau enggak kena spoiler. Jadi rasain aja sensasinya hahah....

Beda banget kalau sekarang, buka tiktok udah nemu spoiler drakor. Jadinya kurang sensasi nontonnya! Tapi, Moms... nonton drakor juga bisa bikin masalah kalau enggak tahu menyiasatinya. Misalnya, lupa waktu, ngabisin kuota (kalau enggak pakai WIFI), terlalu buncin dengan si tokoh sampai membandingkan dengan suami, hingga begadang sampai subuh karena mau meraton nonton drakor. Bikin meriang dan darah tinggi naik!

Tapi, aku suka cara Mbk Sinta Yudisia dalam menyikapi kenapa sih anak-anak remaja suka nonton drakor, Film Korea dan K-POP ini? Semua kondisi yang perlu sama-sama kita sebagai ibu menyikapi dengan bijak. Anak-anak sekarang, tidak menyukai hal-hal yang didikte. Anak-anak remaja senang dirangkul. Untuk itu, memahami dunia mereka perlu agar kita tidak dijauhi mereka. Tapi, menjadikan mereka sahabat.

Banyak drakor yang bertema rumah tangga, seperti Go Back Couple atau Familiar Wife yang membuat kita semakin bersyukur bertemu dengan pasangan kita. Diingat kembali apa tujuan kita menikah dan memilih "dia" jadi pasangan kita.

Tema drakor yang aku hindari adalah tema hantu dan zombie. Entah paling malas nontonnya. Kalau pun suka dengan pemerannya, aku pasti banyak skip enggak nonton serius, hehe... tapi, tema psikopat kenapa ku nonton sampai habis, ya? Huhu...

Intinya, nonton drakor pakailah dosis yang tepat. Jangan sampai overdosis dan akhirnya lupa dengan keluarga dan aqidah. Bagi yang menyukai dunia drakor, aku kenal seorang teman yang sangat menyukai mereview drama korea. Silakan berkunjung ke blog drama drakor ini. Semoga menemukan sinopsis drakor yang kamu sukai!

So, me time nonton drakor? Siapa takut!

20 komentar untuk "Curhat : Trauma Share Drakor di Medsos, Kok Bisa?"

  1. Awal-awal aku ngedrakor, rasanya tersiksa karena ngejar tiap episodenya. Penasaran. Tapi, sekarang udah kaleman liatnya, mulai milih mana yg ditonton, dan mana yg nggak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yups, saya juga gitu, kadang harus bagi2 dengan kerjaan utama, jadi harus milih mana yang prioritas. Cuma kalo nonton drakor dll untuk selingan aja, gak rutin juga sih hehe.

      Hapus
  2. wah serem juga ya dunia perkomenan. bisa tiba-tiba nyakitin hati dan mental juga gak sih. tapi harus tetap positif thinking dan ambil hikmahnya. urusan drakor saya juga nonton, tapi jarang.

    BalasHapus
  3. Terimakasih nasehatnya kak, BTW sama aku juga suka Full House, DOTS dan semua drakor yang dibintangi SHK, hehehe. Cuman sakarang drakor hanya jadi wishlist, belum tahu kapan bisa nge-drakor lagi, huhu

    BalasHapus
  4. wah kejam banget ya para komentator, sampai Mbak Naqi menghapus status
    Saya nonton drakor sejak wara wiri di TV, kemudian pakai keping DVD dst
    Karena buat saya nonton drakor merupakan hiburan murah meriah
    tentu saja, asal dosisnya tepat :D

    BalasHapus
  5. Setuju. Bahwa menyukai drama Korea itu nggak masalah. Asal dosisnya tepat.
    Aku pernah tu terlalu menyukai. Sampai nggak bisa kalau nontonnya kepotong. Bikin waktuku habis hanya untuk nonton drakor doang. Gemes. Kerjaan lain jadi terbengkalai. Hehehe

    BalasHapus
  6. Mbak Naqi, padahal genre zombie tuh banget lho.. Aku ngga pernah melewatkan drama zombie, soalnya ketegangannya tuh beda sama drama hantu atau thriller

    BalasHapus
  7. Jangan sampai drakor membuat kita lalai ya, bener banget.. sebenernya banyak banget K-drama yang tema dan alurnya tuh family friendly dan sangat edukatif, tapi ya gitu deh. Jangan sampai lupa segalanya

    BalasHapus
  8. Aku juga nonton DOTS dan Goblin, sebenarnya nonton drakor juga saat di waktu luang aja apalagi ibu-ibu ya pasti sibuk banget dan butuh healing. Saranku enaknya kalau abis nonton drama direview aja di blog, tapi kalau takut dikomen jangan dulu memang netizen itu ish.

    BalasHapus
  9. Diantara semua judul yang Mbak Naqi sebutkan diatas, saya paling terkesan dengan REPLY 1988. Gak cuma alur cerita kekeluargaannya tapi juga di tahun itu saya juga sedang menikmati masa-masa awal menginjak dunia perguruan tinggi. Banyak nuansa dan barang-barang yang digunakan dimasa itu seperti kaset, walkman, telepon rumah dan lain-lain yang pernah saya gunakan di tahun yang sama. Kejadian-kejadian lucunya juga related banget dengan kehidupan remaja di tahun itu. Bonus Park Bo-gum salah seorang aktor favorit saya. Lengkap sudah kesukaannya hahahaha.

    BalasHapus
  10. Aku pernah di fase harus nonton apalagi on going..sampai lupa ngerjain yang lain kwkwk
    Akhirnya ada masa lewati itu semua.
    Kini entah kenapa lebih pilih film atau drama dari berbagai negara yabg disajikan Netflix. Beragam banget latarnya sehingga memperkaya wawasan hiburan kita.
    Jadi aku bisa mengerti kalau ada yang heboh ngedrakor..asal sesuai porsi it's okay!

    BalasHapus
  11. Hehe
    Emang kadang ngerasa aneh
    Kenapa ya, kadang banyak orang berkomentar miring kepada orang yang suka nonton drakor
    Padahal, aku dan teman temanku yang suka drakor malah jadi produktif, lho
    Kami mengelola sebuah website bersama, Drakor Class
    Dan akhirnya Drakor Class pun terpilih jadi K influencer nya KCCI

    BalasHapus
  12. Samaan mba klo nonton drakor akupun masih sedkit banget waktunya mesti bisa mencuri waktu,, untungnya aku gàk terlalu maniak sama drakor..hehehe jadi metimenya lbih ke travelling

    Goblin , DOTS favorite Juga akuh

    BalasHapus
  13. Wkwk aku juga sempat ditegor ngapain sih nonton drakor? Tapi yang kutonton yang benar-benar gak salah pilih, sesuai di hati ya lanjut, kalo enggak ya skip, sesimpel itu. Tapi impactnya bikin jadi intropeksi sih, lebih tenang karena merasa "ada teman" ternyata di dunia ini bukan aku aja yg me derita, gitu..

    BalasHapus
  14. Bisa bagi waktu itu yang terpenting ya. Jangan kebablasan buat nontonnya juga, sampai lupa mandi, lupa makan eeaaa. Semangat nge-drakor dah

    BalasHapus
  15. aku sendiri udah lama gak nonton drakor. bisa tahu drakor baru dari review ulasan dari temen-temen blogger jadi bisa bikin perbandingan mau nonton atau gak sih.

    BalasHapus
  16. Aku juga sangat menghindari nonton drakor atau film apa aja yang bertema horor, zombie, drakula dan sejenisnya.
    Kalau habis nonton pasti takut ke kamar mandi akutu 🙈

    BalasHapus
  17. Gak harus ngikutin tren, gak harus terburu-buru, intinya nonton adalah bagian dari me time yang semoga bisa semakin banyak mengambil makna kehidupan dengan menyelaraskan keyakinan yang dianut masing-masing. Sehingga jangan sampai merusak akidah ya.. Serem banget.
    Naudzubillahi min dzalik.

    BalasHapus
  18. Dulu aku juga suka nonton KDrama. Jaman belum ada Viu dan kawan2, aku dan teman2 seruangan suka donlot drama2 terbaru yang lagi ngehits 😄 Soalnya butuh hiburan dan males banget kan nonton sinetron. Sekarang memang banyak nggak sempatnya. Kadangnonton variety shownya aja karen lucu2. Dan nontonnya bareng suami 😁 Memang Hallyu Wave ini ada sisi positif dan negatif Mbak. Trutama KPopnya. Karena di luar sana banyak konten2 seperti fan fiction dengan cerita2 yang 18+ bahkan LGBT. Yang bikin ya fans, tapi tokohnya pinjam tokoh idola Kpop. Belum lagi kalau yang coba2 mau nyicip soju. Tapi kalau ada anak abege yang ngefans memang ga bisa langsung dicut. Malah takut berontak. Kadang Rayyaan minta denger beberapa lagu BTS. Tapi kupilih yang liriknya safe. Plus kubilang ga usah sering2 denger musik (PR juga buatku). Untuk hiburan dan batasi waktunya.

    BalasHapus
  19. Hahahaha.. memang kalau tidak kuat, jangan share di medsos. Bagaimanapun bisa dikata itu ruang terbuka dan siapapun boleh berkomentar, menilai, dan apa saja..

    Cuma kenapa harus dihapus mbak? Dikomentari sama orang lain mah ada cara pemecahannya, diemin saja.. hahaha hak mereka berkomentar, hak kita untuk mendiamkan..

    Padahal, mungkin hanya satu orang yang bawel, tetapi ada 10 orang yang bisa mengambil manfaat dari sana. Kasian yang 10 orang karena satu orang..

    tapi.. yah terserah mbak sih.. Kalau saya sih pakai prinsip EGP...

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan jejak. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menghindari spam. Mohon juga follow blog, Google +, twitter: @Naqiyyah_Syam dan IG saya : @naqiyyahsyam. Semoga silaturahmi kita semakin terjalin indah ^__^