Hebohnya Kisah Jumpalitan Menjadi Ibu



Membaca buku seperti kita bercermin! Ya, itulah yang kurasakan ketika membaca buku Jumpalitan Menjadi Ibu. Itukan aku banget! Setiap lembar seakan melihat hari-hari hebohku. Terutama kisah bagimana mempersiapkan anak sekolah. Setiap hari anakku, Faris, mengahadapi fase itu. Dari bangun tidur, ritual mandi yang lama, ganti baju yang berkejaran, sarapan yang diemut, atau jumpalitan mempersiapkan bekal berangkat sekolah. Olala, itulah ritual pagiku! Kok, sama sih? Mendadak tersenyum lebar,"Ada yang sama, ya?"

Belum lagi gonta-ganti asisten. Inginnya sih asisten setia karena kita sudah dekat. Eh, kadang ada aja, tiba-tiba pamit pulang mau nikahlah, mau bantu panenlah, sakitlah dan lainnya. Mencari pengganti asisten juga tidak mudah. Maunya ideal langsung bisa kerja. Namun, tak jarang harus melatih dari nol. Kesalnya kalo asisten sibuk sms dan nelpon aja dibanding ngurus anak kita, aiiih....makan hati! Tapi butuuuuh!

Di sisi lain, buku Jumpalitan Menjadi Ibu ini membawaku harus tegar! Ya, sebagai istri weekend, yang kumpul ama suami hanya Sabtu dan Minggu, membuat aku harus mengelola rumah tangga sendiri.Seperti Kisah Mbak Triani Retno dengan lagu Doraemonnya, "...bayar ini...bayar itu banyak sekali...semua...semua...semua harus dibayarkan, dibayarkan tanpa kantong ajaib...Aku ingin terbang bebas...di angkas...Haiii baling-baling Bambuuu!"

Duu kebayangkan ribetnya harus membayar listrik sendiri, membeli gas sendiri, membayar kridit motor sendiri, ribet deh! Pernah lho, aku nekad beli gas sendiri diikat di atas motor, belum jauh dari rumah, jatuh di tengah jalan. Langsung aja aku nangis di TKP! Untunglah sekarang sudah ada langganan gas yang bisa ngantar ke rumah. Lumayan, nggak lagi bawa tabung gas yang gede itu:)

Aku kembali seolah bercermin dengan kisah Saat Hana Mogok Makan. Aduh, mirip banget dengan kasus Faris saat kecil dulu. Faris sebelum TK suka banget mogok makan! Padahal saat bayi 6 bulan masih montok banget badannya. Semua tips pernah kucoba, makan bersama anak-anak, makan bersama keluarga, sampai gonta-ganti variasi makanan telah kucoba. Faris kecil lebih sering mogok makan. Alhamdulillah sekarang sudah berangsur hilang. Walau belum suka makan sayur dan menunya tak ganti dari ayam goreng, telur, dan sup. Tapi bukan sup apel atau sup kulkas,lho! Hehehe...

Buku ini membuat aku tersenyum bahagia. Ternyata bukan aku saja menjadi ibu yang super duper pusing mengelola rumah tangga. Tapi ada banyak ibu-ibu di sana yang juga jumpalitan mencoba belajar menjadi ibu hebat untuk anak dan suaminya. Aku semakin merenung profesi sebagai ibu itu memang perlu skill. Aku juga bahagia, ternyata menjadi seorang ibu itu sangat membahagiakan, walau repotnya segudang akan hilang jika melihat anak kita tidur pulas dan tumbuh sehat. Sungguh, buku Jumpalitan Menjadi Ibu sangat direkomendasikan!

1 komentar untuk "Hebohnya Kisah Jumpalitan Menjadi Ibu"

  1. buku yg aku bgt tuh,..hehe.salam kenal mbk!oia mbk,gmn kalo bikin kumpulan kisah pengalaman ttg"papa dan laktasi" atau "mama dan laktasi"
    cerita2 ini bisa dijadikan support buat para ibu baru yg blm punya gambaran ttg menyusui ASI.
    Agustus nanti adlh hr ASI sedunia..ayo mbk!!jk setuju,ajak aku ya..trims

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan jejak. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menghindari spam. Mohon juga follow blog, Google +, twitter: @Naqiyyah_Syam dan IG saya : @naqiyyahsyam. Semoga silaturahmi kita semakin terjalin indah ^__^