Kartini Dulu dan Kartini Sekarang


Oleh: Naqiyyah Syam

Sejak zaman aku SD, peringatan hari Kartini selalu ramai. Baik lomba berbusana ala Kartini, lomba memasak, sampai lomba artikel tentang Kartini.

Begitu besar sosok Kartini sebagai pahlawan emansipasi perempuan di ranah publik mulai tertanam di hatiku sejak kecil. Tapi,benarkah hanya Kartini saja menjadi pahlawan perempuan?

Bagiku, perempuan-perempuan yang telah berjasa bagi keluarga dan sekitarnya layak menjadi pahlawan. Walau beda peran di ranah masing-masing. Ada yang berperan aktif di ranah domistik, ada yang berperan di ranah politik, tapi masih banyak pula perempuan yang belum memahami perannya sendiri alias’buta informasi’ mau dibawa kemana peran perempuan di masa globalisasi ini? Sungguh, diperlukan ilmu untuk mencerahkan perempuan yang berada dalam zona ini.

Di zaman globalisasi ini, di mana dunia informasi terbuka lebar, baik dari facebook, blog, twitter, website dan lainnya, telah menjadi jalan agar peran perempuan semakin luas. Apalagi, sebagai seorang muslimah, peran ini harus disambut dengan gembira sebagai ladang amal.

Syaikh Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fiqhul Aulawiyaat atau skala prioritas gerakan Islam jilid satu, ‘Bunga-bunga’ itu tidak tumbuh mekar selain karena laki-laki ingin selalu memaksakan kemauannya, juga karena akhwat muslimahnya yang tidak mau atau memiliki keberanian untuk melepaskan diri dari keterikatan tersebut.

Menurut Sitaresmi S Soekanto dalam makalahnya Kemana Muslimah Melangkah? seharusnya para muslimah turut ambil bagian untuk mengharumkan jalan perjuangan yang suci ini. Muslimah harus mulai berani memikirkan dan mengambil alih permasalahan-permasalahan. Muslimah mulai berfikir dan membuka lahan-lahan dakwah dan amal serta menangkis dengan tegas suara-suara sumbang wanita-wanita feminis yang diselipkan ke dalam aqidah umat, nilai-nilai dan syariat-syariat Islam.

Terkadang, masih ada muslimah yang belum mempunyai kepercayaan diri untuk berkiprah lebih luas. Kita bisa bercermin dalam kisah muslimah di zaman Nabi yang begitu semangat dan percaya diri. Kisah-kisah mereka terukir dalam sejarah diawal perkembangan Islam. Ketika Khansa mempersembahkan semua putranya sebagai syuhada di jalan Allah dan bersedih karena tak memiliki lagi putra yang akan dipersembahkannya di jalan Allah.

Ada juga kisah Ummu Sulaim dan abu Thalhaa, agar suaminya tak gundah dan menunda keberangkatannya untuk jihad di jalan Allah, Ummu Sulaim yang hamil tua pun ikut ke medan jihad. Lain lagi kisah dari Asma binti Abu Bakar yang sedang mengandung Abdullah bin Zubeir. Di saat hamil tua itu ia berjihad membantu proses hijrah yang sangat luar biasa beratnya. Zubeir bin Awwam sang suami ikut mendukung dan tidak protes, “Ah Asma, kamu tidak realistis, hamil tua seperti ini ikut dalam misi yang sangat berbahaya.”

Subhanallah, kisah-kisah Kartini (perjuangan perempuan) di atas telah membuka pikiran kita, bahwa peran perempuan telah melengkapi perjuangan kaum laki-laki untuk kemaslahatan umat. Lalu, patutlah jiwa perjuangan Kartini kita contoh dan kita teladani.

Begitulah yang kini aku jalani. Perjuangan menjadi guru di sebuah Kabupaten Lampung Timur. Menjadi guru kelas dengan beban mengajar 24 jam, sungguh menyita waktu bersama keluarga. Jika saja, tak pandai mengatur peran sebagai seorang istri, ibu dan seorang guru, tentu akan menjadi timpang.

Beruntunglah aku bertemu dengan internet. Aku juga berkenalan dengan facebook, blog, email, maupun website yang membantuku mempersiapkan media pembelajaran. Setiap hari informasi terus berkembang, aku terus mencari metode agar anak didikku semakin termotivasi untuk menjadi orang berjiwa besar. Bermental kuat, cerdas, dan berakhlak mulia.

Bersyukur XL telah memfasiltasi untuk berkembangnya perempuan-perempuan Indonesia agar melek informasi. Jangkauan XL yang luas member kesmepatan besar agar perempuan banyak mendapatkan informasi. Kini, ingin info resep masakan, tinggal klik di Goole, maka akan banyak info yang keluar. Apalagi tentang cara pengasuhan anak, cukup ikut group ibu-ibu rumah tangga, maka ibu-ibu belajar bersosialisasi dan mendapat ilmu tanpa harus keluar rumah meninggalkan anak-anaknya. Jika guru ingin membuat RPP, Silabus dan Media pembelajaran, cukup klik Goole dan akan menemukan ratusan bahkan ribuan informasi. Maka, patutlah kita mensyukuri hidup di zaman globalisasi ini, perempuan semakin cerdas tanpa harus biaya mahal.

Lampung Timur, 21 April 2011

2 komentar untuk "Kartini Dulu dan Kartini Sekarang"

Terima kasih telah meninggalkan jejak. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menghindari spam. Mohon juga follow blog, Google +, twitter: @Naqiyyah_Syam dan IG saya : @naqiyyahsyam. Semoga silaturahmi kita semakin terjalin indah ^__^