10 Cara Menghadapi Writer's Block

Kenapa ya cuma profesi penulis yang dapat serangan "block"?

Kenapa nggak ada "doctor's block?"

Kebayang nggak, kalau dokter sedang mengoperasi trus terserang block? Atau guru sedang mengajar. Atau penjual gorengan sedang menggoreng mendoan? Atau supir bus?

Waaah....

Karena itulah, para penulis dengan elegan dan ikhlas menerima "block syndrome" itu sendirian. Biarlah penulis saja. Mulia sekali kan?

Resikonya paling kecil ini. Paling bengong di depan kompi. Paling jeduk-jedukin jidat ke keyboard. Paling diomeli editor. Paling deadline lomba terlewatkan. Hadiah melayang. Nggak jadi beli Ipad 4. (btw, masa sih beli Ipad 5 yang diduluin terbitnya oleh Fake Apple China. hahaha)

Apa sih gejala writer's block?

Barangkali ada yang belum pernah merasakan, atau sudah merasakan tapi nggak tahu nama penyakitnya, ini nih tanda-tandanya:

  1. Panik, keringat dingin, pening, berkunang-kunang. Salah satu atau semuanya, bergantung jauh dekatnya deadline.
  2. Sudah 10 menit berlalu sejak Anda mengetikkan kalimat terakhir yang masuk akal.
  3. Sudah memaksakan diri menulis, tapi malah semakin frustrasi. (Kadang memaksakan diri untuk memerah ide bisa membobol block lho. Jadi coba dulu, jangan mudah menyerah. Kecuali kalau jadi semakin senewen)
  4. Sudah teriak ke teman sekamar, "Just shoot me, please!"
  5. Mulai memikirkan ganti profesi, mending jadi dokter aja deh ketimbang penulis.

Kalau sudah merasakan gejala-gejala itu, ya, Anda terserang writer's block.

Dengan resiko dan akibat menjadi tanggungan Anda sendiri, silakan coba 10 cara di bawah ini. Kalau nggak mempan satu pun, oke, I give up. Ganti profesi saja. (hehe, just kidding.)

  1. Apa yang sedang Anda tulis? Novel? Coba tinggalkan dulu. Tulis saja cerpen, puisi, lagu, script, resep, flash fiction. Perbedaan format tulisan kadang bisa membuka si block di novel tadi.
  2. Tinggalkan kompi dan kursi, main sama anak. Ikut merangkak bersama mereka. Petak umpet. Atau ngulek dedaunan. Anak-anak itu pemicu ide luar biasa.
  3. Baca buku. Juga pemicu ide baru.
  4. Masak, ngepel, nyuci, atau apa saja deh yang 180 derajat beda jalur. Anda perlu break dari huruf, kata, kalimat, paragraf.
  5. Olah raga. Hirup udara segar. Kebanyakan duduk sering membuat aliran darah kurang lancar. Otak kurang oksigen. Pikiran berkabut.
  6. Cari pemandangan lain. Arahkan pandangan jauh-jauh. Mata penat juga menghambat kerja.
  7. Tidur. Anda kurang tidur, kebanyakan bergadang? Take a nap. Siapa tahu Anda memimpikan kalimat selanjutnya.
  8. Mengobrollah dengan manusia dengan kata-kata terucap. Bukan dengan foto profil dengan kata-kata diketikkan. Serius, facebook berlebihan itu justru memperparah block. Cabut koneksi Internet kalau sudah mulai menulis lagi. Jangan coba-coba membuat status, "Hore, aku sudah bebas block!" Banjir komen dan jempol dari teman-teman malah mendatangkan block jenis lain.
  9. Nonton. Cari film komedi, horor, drama inspiratif... apa saja. Siapa tahu Anda mendapatkan stimulasi visual.
  10. Ini sebetulnya tidak terlalu disarankan, karena efek sampingnya tidak menyenangkan. Ngemil. Es krim, cokelat, kacang, kerupuk. Seperlunya saja (Comot dari stoples, jangan bawa stoplesnya ke depan kompi!)

Selamat mencoba.

Semoga blokir-nya terbuka segera. Kalau belum juga, jangan-jangan ada tunggakan lain, hehehe.

Oh btw.

Sebelum terkena block berikutnya, coba terapkan tips ini:

Kalau harus berhenti menulis karena suatu hal, misalnya harus jemput anak-anak, beli sayur, pergi ke kantor, dsb. maka berhentilah saat kita tahu kalimat lanjutannya, walaupun saat itu Anda masih punya setengah jam lagi. Jangan karena merasa masih ada waktu, Anda terus mengetik. Karena bisa jadi 10 menit kemudian, Anda kehabisan ide. Macet. Blocked.

Ketika Anda berhenti saat persediaan kalimat masih ada, kalimat itu akan berputar-putar di benak, menunggu sampai kita duduk lagi di depan kompi, siap menuliskannya. Kalimat demi kalimat pun mengalir, berantai.

Salam kreatif,

Ary Nilandari

Posting Komentar untuk "10 Cara Menghadapi Writer's Block"