Keluargaku Cinta Buku

Profil Keluarga Kami di Lampung Post

Keluargaku Cinta Buku. Sejak sebelum menikah, saya sudah mengumpulkan buku-buku untuk perpustakaan pribadi saya kelak. Saya membeli buku bertema agama, parenting, buku anak-anak, dan lainnya. Wow, benar-benar kupersiapkan deh. Nah, ketika seorang pangeran dari Lampung meminang, cie-cie... Juga memberikan saya buku, triiing... Asik bangetkan seide sama-sama cinta buku? :)

Saya dan suami sama-sama suka baca dan buku. Bedanya, saya lebih cendrung membeli buku bertema parenting, non fiksi, anak dan novel. Sedangkan suami lebih memiliki buku sejarah, pertanian dan politik. Perbedaan ini tidak menjadikan kami saling berselisih kok, kami memiliki rak buku masing-masing, soalnya kalo campur bingung mencarinya, kecuali buku agama dan tema keluarga kami satukan.
Setiap bulan, keluarga kecil kami dapat dipastikan ke toko buku. Biasanya memang tidak ada budget khusus, tapi kalo ada uang lebih apalagi uang kaget (uang dari dinas luar), suami pasti mengajak ke Gramedia atau toko buku lainnya.Kami juga langganan beberapa koran lokal dan nasional serta majalah.



suamiku pilih-pilih buku di Gramedia Padang
Mengajak anak-anak ke toko buku
Kami akan berpencar mencari buku yang kami idamkan. Anak-anak juga bebas memilih buku yang diinginkan, tentu sesuai budget, hehehhe...soalnya kalo udah ke toko buku bisa kalap, nguras dompet. Makanya, senang itu belanja buku pas bazar. Bisa borong, murah dan buku yang didapat juga bagus-bagus.

Faris dan Fatih bebas memilih buku di Bazar Buku Gramedia Lampung
 Keluargaku Cinta Buku, nah saat membeli buku saya mempertimbangkan  beberapa hal :
  1. Tema buku. Jika kebutuhanku membaca buku bertema keluarga, maka saya membeli buku non fiksi tema keluarga. Apalagi jika buku-buku itu sangat diperlukan penunjang buku yang sedang saya tulis.
  2. CoverTidak bisa dipungkiri ya, memilih buku karena cover yang menarik, cerah dan menggoda untuk membaca isinya langsung ingin membawa ke kasir :)
  3.  Endorment.Nah, ini juga menjadi pertimbangan. Apalagi nama beken yang memberi endor, misalnya artis, penulis ternama, duuh kesem-sem. Tapi,
  4. Saya juga pernah tertipu dengan isi bukunya gara-gara kecantol baca endor saja. Nyesel dah beli buku gara-gara endor.
  5.  Resensi. Nah, saya juga kadang beli buku dari resensi yang saya baca. Mudah saja, ketik judul buku di Google, akan banyak review dan resensi dari buku tersebut menjadi daya tarik sendiri untuk membeli buku tersebut.
  6.  Harga. Ini sering kali menjadi dilema. Buku anak-anak sekarang mahal banget, padahal saya suka butuh dengan temanya, tapi apa daya, harga yang di atas 70 ribu membuat dahi berkerut dan menimbang berat sekali untuk membelinya, tapi...jika anakku emang sangat tertarik, ya beli juga hahahha...
  7.  Nama Beken Penulis. Beli buku tanpa melihat lagi cover dan harganya jika sudah suka dengan penulisnya yang memang sudah terbukti menulis kebaikan dan berbobot, buku langsung deh digendong ke kasir heheheh...
Dari banyak membaca buku inilah akhirnya hobby saya berkembang menjadi suka menulis dan alhamdulillah akhirnya bisa menulis buku :) Asik ya membaca itu?

Profilku di Lampung Post
Sejak dini ajarkan anak suka baca dan menulis


Maraknya jumlah buku saat ini menandakan penerbitan buku di Indonesia mulai menggeliat. Buku-buku yang diterbitkan juga beraneka ragam. Namun, ada juga penerbit yang "nakal" menerbitkan buku pelajaran tapi isinya tidak mendidik atau buku bacaan anak tapi isinya atau bacaannya tidak sesuai usia pembacanya, sayangnya buku-buku ini sering terdistribusikan ke perpustakaan sekolah-sekolah. Miris sekali melihatnya.

Cover buku tak mendidik
Peran IKAPI atau pihak Pendidikan lainnya sangat diperlukan untuk mengontrol penerbitan yang "nakal" ini. Segera diberi peringatan keras atau bahkan ditutup izinnya.

Sayang sekali jika penerbitan dan buku yang tanpa kontrolnya makin bebas di Indonesia. Anak-anak akan teracuni otak dan prilsayanya.

Saya berharap ke depan, penerbit Indonesia semakin baik lagi membaca pangsa pasar dengan menerbitkan buku-buku anak, pelajaran dan tema lainnya semakin baik dengan model yang menarik seperti beberapa buku yang berbentuk rumah, kolam renang (bisa ditempel dan dilepaskan), ada boneka tangan, buku ilustrasinya menarik dan lainnya.

Nah, yuk kita mencintai buku dan menjadi "pengawas" penerbitan agar anak-anak kita lebih cerdas dengan membaca dan menyebaran buku bacaan semakin meluas. Jika Keluargaku Cinta Buku, apakah keluargamu juga cinta buku? 




7 komentar untuk "Keluargaku Cinta Buku"

  1. Waw! Asyik, gaya menulisnya santai tapi ngena. Mengaminkan harapannya. Sukses selaluu ya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makaish Mbk, semoga ya harapan masih ada hehhe

      Hapus
  2. Membaca buku memang menyenangkan, yaaaa ^0^

    BalasHapus
    Balasan
    1. betuuuuuul sepakat banget, pengen puas2 deh baca gratis di Gramedia asal gak ketauan aja, xixiix....

      Hapus
  3. buku memang banyak tp yang bermanfaat tetap jadi pilihan ya mak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, kudu pilih2 sesuai kantong hehhe, makasih Mak sudah mampir :)

      Hapus
  4. Saya juga sama suami kalau belanja buku beda-beda. Saya cenderung fiksi, dia cenderung non fiksi. Tapi kalau di rumah, kita sama2 baca semua.

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan jejak. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menghindari spam. Mohon juga follow blog, Google +, twitter: @Naqiyyah_Syam dan IG saya : @naqiyyahsyam. Semoga silaturahmi kita semakin terjalin indah ^__^