Cara Lawan KDRT

Cara Lawan KDRT. Maraknya kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT membuat prihatin banyak pihak. Sayangnya tidak semua perempuan berani lawan KDRT. Banyak yang diam dan baru mengadukan tindakan tersebut ketika kasus sudah parah. Sedangkan kekerasan ini bukan hanya berdampak pada korban, tetapi secara psikis bisa berefek pada anak-anak.

Cara Lawan KDRT



Stigma bahwa suami adalah kepala rumah tangga yang wajib dihormati membuat banyak perempuan dan keluarganya hanya diam meski mendapat tindak kekerasan. Anggapan bahwa ketika ada KDRT, maka perempuan adalah pihak yang salah semakin memojokkan dan membuat korban tidak berani mengadu.

Bagaimana Cara Lawan KDRT

Kesadaran perempuan korban KDRT untuk bereaksi terhadap kasus tersebut sangat penting. Jika ada korban yang berani berbicara, maka secara tidak langsung akan memberi semangat dan dorongan bagi yang lain untuk melawan.

Banyak yang menjadi pertimbangan sehingga kasus sejenis ini tidak pernah dibuka. Bisa karena menganggapnya sebagai aib keluarga, takut terjadi perceraian sampai menjaga perasaan anak. Namun jika dibiarkan belum tentu membuat pelaku sadar. Karena itu jika mengalami KDRT segera lakukan hal ini:

1. Bersikap tegas

Sikap lemah seorang perempuan ketika mendapat kekerasan memberi kemudahan bagi pelaku untuk berbuat kasar, bahkan mengulanginya. Apalagi banyak yang cenderung tutup mulut dan menutup persoalan tersebut. Ini justru membuat pelaku merasa leluasa untuk melakukan kekerasan.

Agar hal tersebut tidak terjadi, bersikaplah tegas. Melawan kekerasan bukan berarti tidak menghormati pasangan, tetapi menghargai diri sendiri dan marwah rumah tangga. Sampaikan bahwa tidak terima dengan perlakuan yang tidak seharusnya tersebut.

2. Jangan merasa bersalah

Selanjutnya jangan merasa bersalah. Seseorang yang melakukan kekerasan bukan berarti benar. Bisa jadi justru untuk menutupi kesalahan yang dilakukan. Karena itu berpikirlah rasional dan jangan terpancing emosi. Perasaan bersalah tanpa bukti akan membuat lemah dan tidak mampu melakukan perlawanan serta pembelaan.

3. Kumpulkan bukti

Bukti tindak kekerasan sangat penting. Bukan hanya visum, ambil bukti yang lebih mudah. Jika ada bekas luka, segera foto sebagai barang bukti. Apabila sempat, bisa merekam tindakan kasar yang dilakukan pasangan sehingga bisa semakin memperkuat pengaduan.

4. Cari bantuan

Jangan segan cari bantuan. Meminta pihak luar untuk datang menolong bukan tindakan membawa masuk pihak luar untuk turut campur dalam urusan rumah tangga. Setiap pribadi yang tertekan berhak mendapatkan pertolongan.

Karena itu mencari bantuan dari lingkungan sangat penting. Dalam hidup bermasyarakat, ketika mendapat perlakuan kasar dari pasangan, bisa menyampaikan hal tersebut kepada keluarga atau ketua RT.

Tugas ketua RT adalah memberi rasa aman dan nyaman terhadap semua warganya. Karena itu tepat sekali jika merasa terancam kemudian meminta perlindungan.

5. Laporkan

Terakhir, jika secara kekeluargan tindak kekerasan yang dilakukan pasangan tidak berkurang, bahkan mengancam nyawa, sebaiknya melaporkan kepada pihak yang berwajib. Memberi maaf memang mulia, namun setiap perbuatan harus dipertanggung jawabkan, termasuk orang yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT.

Tindakan pelaporan ini juga bertujuan untuk memberikan efek jera pada pelaku sehingga tidak mudah melakukan kekerasan. Memaafkan kesalahan pasangan memang mulia, namun jangan sampai menjadi korban tanpa melakukan perlawanan. Tidak ada yang bisa memastikan apakah perbuatan tersebut tidak akan terulang kembali.

Berani lawan KDRT bukan berarti tidak menghormati dan menghargai suami. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menegakkan keadilan dan rasa nyaman dalam berumah tangga. Jika pasangan yang seharusnya melindungi, justru berlaku kasar dan istri tidak berani melawan, maka hal tersebut mungkin akan terjadi lagi.
Kasus KDRT Lesti Billar


Tanggapanku Kasus KDRT Lesti Billar

Siapa yang enggak tahu berita heboh di tahun 2022 ini tentang Lesti Kejora yang diduga mengalami KDRT oleh suaminya Billar. Berita itu sempat menjadi mendapat empati besar dari kalangan ibu-ibu Indonesia. Aku yang awalnya enggak menyimak kisah Lesti dengan kontraversi pernikahannya, jadi nyimak berita.

Tentu saja berempati kisah perempuan yang mengalami KDRT. Apalagi sudah punya anak dan memilih bertahan demi anak. Jujur, sempat kesal dengan pilihan Lesti mencabut gugatan, terlepas itu laporan ayahnya atau bukan. Tapi, dibalik itu, harapan untuk menjadi orang lebih baik lagi aku panjatkan.

Soalnya, beritanya udah terlalu banyak dan sebagai public figur, kehidupan pribadi sudah menjadi "sarapan public" untuk itu mungkin inilah "teguran" Allah untuk kembali menjadi Hamba-Nya yang lebih baik. 

Perlu diingat juga mengalami KDRT kita perlu berani untuk bersuara, kekerasan bukan hanya kekerasan verbal  atau kekerasan fisik. KDRT pada wanita ini juga sempat di bahas oleh blogger lainnya, silakan teman-teman pelajari lebih lanjut. 

Tak banyak yang bisa aku bahas, semoga info di atas menambah pengetahuan agar kita berani bersuara! Lawan KDT dengan tegas!

Posting Komentar untuk " Cara Lawan KDRT"