Mengajarkan Anak Untuk Birrul Walidain




Assalamualaikum Sahabat Smart Mom,


Saat aku masih kecil, aku sering diajak Ayah untuk ke Curup menjenguk Andung (panggilan Ibu dari Ayah, Andung artinya Nenek). Kami sering ke Curup berakhir pekan atau juga liburan. Dengan mobil kecil, kami sekeluarga berangkat, bahkan dengan menggelar tikar untuk duduk di dalam mobil. Biasanya kami juga mampir ke Kepahiyang ke tempat sepupuku. Kenangan masa kecil itu sangat indah dalam silaturahmi dan melihat langsung Ayah mengajarkan berbakti kepada orang tua.



Teringat cerita Ibuku menceritakan bagaimana Ayah memuliakan Andung. “Kata Ayah, apa yang diminta Andung, berikan saja, nanti Ayah ganti,” jadi kalau Andung ke menginap ke rumah kami, kemi belajar memuliakan Andung juga. Bahkan ketika Andung mulai pikun, kami tetap belajar menghormatinya.

Mengajarkan Anak Untuk Birrul Walidain

Beberapa hari yang lalu kami sekeluarga menjenguk kedua orang tua. Kedua mertuaku tinggal di Desa Kalipasir yang terletak di Lampung Timur sekitar 4 jam dari rumahku bila naik mobil pribadi.  Sejak tinggal di Bandar Lampung, sulit sekali kami untuk cepat mudik, apalagi sekarang sudah punya 3 anak dan kerjaan suami yang sulit ditinggalkan. Berbeda saat kami masih tinggal di Way Jepara, hampir setiap bulan kami menjenguk Mamak dan Bapak.
“Ayo kita ke rumah Utie!” 
“Empat malam ya, Mi!” seru Fatih.
“Enggak bisa lama, Abi sudah mau kerja,” jawabku. 

Perjalanan menuju Lampung Timur dimulai pukul 08.30 WIB. Kami beranjak melewati Kota Metro yang astri. Kota Metro menjadi salah satu tempat kenangan bersejarah karena di sinilah Faris lahir. Sampai di Kota Metro, kami istirahat sebentar untuk mencicipi Mie Ayam dan Mie Pangsit di Mie Allit seberang Samsat. Usai makan, kami langsung bergerak ke Lampung Timur.



Mie pangsit di Kota Metro
Baca Juga : Cerita Seru Workshop Family Project

Fatih duduk dipangku Abi karena punya trauma dengan naik mobil, Fatih selalu ingin muntah kalau naik mobil. Aisyah dipangkuanku dan Faris duduk sendiri di sampingku. Masuk Sukadana, aku sempat tersentak karena ternyata aku ketiduran hihi.... teringat kembali Sukadana sebagai Ibu Kota Kabupaten Lampung Timur sering kami lalui saat di Way  Jepara.
Makan dulu ya Mie Ayam dan Mie Pangsit di Kota Metro

Menjelang Dzuhur kami tiba di Desa Way Bungur dan harus menyeberangi sungai menuju Desa Kalipasir. Mobil yang mengangkut kami berhenti hanya sampai diseberang dan kami menaiki sebuah perahu. Anak-anak senang sekali ikut membantu membawa barang menuju perahu. Penduduk Desa Kalipasir banyak yang jadi nelayan, termasuk Bapak yang memiliki tambak di atas kali. Suamku dulu juga usaha ikan dengan tambak ini, tapi bangkrut karena limbah pabrik kertas. Sampai di seberang kami disambut Mamak dengan sebuah motor untuk mengangkut kami secara bergantian. Abi, Mamak, Faris dan Fatih duluan naik motor, aku dan Aisyah terakhir dijemput.

Alhamdulillah sampai seberang naik perahu :)

Perjuangan untuk Wirul walidain ini emang belumlah seberapa yang telah orang tua lakukan. Bayangkan saja, kalau kita mudik sering kali membawa kerepotan. Entah anak-anak yang rewel, makanan yang disajikan hingga oleh-oleh yang dibawakan orang tua. Kami sendiri merasakan apa yang kami lakukan belumlah apa-apa.

Berikut 10 dasar-dasar akhlak terhadap kedua orang tua  yang dapat diajarkan kepada anak-anak sejak dini :



Dadah Utie dan Kakung, terima kasih ya :)

1. Mentaati kedua orang tua selagi keduanya tidak terkandung kedurhakaan.
2. Berbicara yang lembut terhadap kedua orang tua.
3. Tidak berbicara keras di hadapan keduanya.
4. Menyimak perintah keduanya dengan penuh perhatian.
5. Tidak bermuka masam di harapan keduanya.
6. Tidak memotong pembicaraan keduanya saat berbicara.
7. Segera menjawab seruannya.
8. Memberikan hadiah disaat-saat yang tepat, seperti Idul Fitri, Idul Adha dan lainnya.
9. Sabar mengurusi keduanya disaat lanjut usia.
10. Mendoanya keduanya, jika ornag tua sudah meninggal dapat melakukan hal berikut :
Mengeluarkan sedekah atas nama keduanya, meminta ampunan,menbayar hutang-hutangnya, baik hutang  harta maupun hutang ibadah, seperti puasa, haji setelah keduanya meninggal.

Menuju pulang naik perahu di Sungai Kalipasir

Ada banyak sekali cara berbakti kepada kedua orang tua, namun akhlak dasara di atas perlu diperlihatkan kepada anak-anak. Saat mudik atau silaturahmi dengan kedua orang  tua,secara tidak langsung anak akan meniru sikap kita. Bagaimana kita mampu memberikan contoh yang baik agar dapat ditiru anak. 
Itulah cerita kami saat ke Lampung Timur yang lalu dalam rangka birrul walidain. Semoga 10 dasar-dasar akhlak terhadap orang tua kepada di atas dapat bermanfaat. Ada yang sudha berencana mudik lebaran ini? Semoga dimudahkan ya!

3 komentar untuk "Mengajarkan Anak Untuk Birrul Walidain"

  1. Saya belum berencana mudik kemana-mana. Lihat keadaan aja, Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iy Mbk, kami juga mudiknya ke Lampung Timur aja :)

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan jejak. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menghindari spam. Mohon juga follow blog, Google +, twitter: @Naqiyyah_Syam dan IG saya : @naqiyyahsyam. Semoga silaturahmi kita semakin terjalin indah ^__^